Search

Istri Militan ISIS Ungkap Anak Teroris Masih Terjebak di Lokasi Perang

SYDNEY, iNews.id - Istri anggota kelompok negara Islam atau ISIS pertama asal Australia diyakini keluar dari markas terakhir kelompok tersebut. Dia mengatakan anak-anak dari teroris Australia yang paling terkenal masih hidup namun terdampar di wilayah ISIS.

ABC News memperoleh rekaman eksklusif yang memperlihatkan seorang perempuan -yang diyakini sebagai Zehra Duman- bersama perempuan dan anak-anak lainnya yang melarikan diri dari Baghuz, lahan terakhir yang masih dikendalikan oleh ISIS.

Video, yang difilmkan akhir pekan lalu oleh pekerja kemanusiaan Amerika Serikat (AS), David Eubank, memperlihatkan seorang perempuan muda di antara perempuan dewasa dan anak-anak.

Dia tampak mengenakan niqab, pakaian perempuan Islam konservatif yang menutupi segalanya kecuali mata.

Perempuan itu terdengar mengoreksi Eubanks saat dia menyebut namanya, "Apakah anda Zahra?" tanya Eubank, seperti dilaporkan ABC News, Kamis (28/2/2019).

Dalam aksen Australia, dia menjawab, "Zehra."

Dia kemudian memberi tahu Eubanks bahwa dirinya merupakan "sahabat" Tara Nettleton, istri teroris Australia yang paling terkenal, Khaled Sharrouf, yang menerbitkan foto putranya yang berusia sembilan tahun memegang kepala yang terpenggal di Raqqa.

Nettleton meninggal karena komplikasi kesehatan pada 2015 dan Sharrouf serta dua anak tertuanya, yakni Abdullah dan Zarqawi, meninggal dalam serangan udara pada 2017.

BACA JUGA: Ratusan Warga Dievakuasi dari Kantong Wilayah Terakhir ISIS Dekat Irak

Tiga anak yang tersisa dari pasangan itu - Zaynab (17), Hoda (16), dan Hamzah (9), dibiarkan terlantar di Suriah dan ada spekulasi mengenai lokasi mereka.

Zehra mengungkapkan anak-ana itu tetap terdampar di Baghuz di pusat serangan terakhir terhadap kelompok ISIS di Suriah.

"Mereka baik-baik saja dan masih hidup. Saya tidak tahu apakah mereka akan meninggalkan tempat ini atau tidak, saya belum melakukan kontak dengan mereka sehingga saya tidak tahu," katanya.

Zehra (25) meninggalkan Melbourne ke Suriah pada akhir 2014.

Dia pindah ke ibu kota ISIS di Suriah, Raqqa, dan menikahi sesama warga Melbourne yakni Mahmoud Abdullatif, yang berjuang untuk pasukan ISIS. Dia terbunuh lima pekan setelah mereka menikah.

Zehra menjadi pendukung vokal retorika kekerasan kelompok ISIS di media sosial serta perekrut yang efektif. Dia diduga membantu sesama warga Australia dan ibu dari dua anak, yakni Jasmina Milovanov, untuk melakukan perjalanan ke Suriah pada Mei 2015.

Namun, setelah akun Twitter utama yang diyakini dioperasikan oleh Zehra ditangguhkan pada 2015, dia menghilang dari publik.

Kehadiran Zehra di jagad maya menjadi duri bagi Pemerintah Australia, yang berusaha mencegah kepergian sekelompok Muslim muda Australia untuk pergi ke Suriah.

Pada 2015, Zehra yang menyebut dirinya Ummu Abdullatif Australi, mengunggah foto seorang perempuan yang mengenakan niqab dan jaket tentara serta senapan otomatis di tangannya dengan tulisan, "kejar saya jika anda bisa".

Pada tahun yang sama, sebuah akun Twitter diyakini dioperasikan olehnya mengunggah serangkaian foto perempuan muda dengan niqab lalu mengacungkan senapan otomatis dan berdiri di atas dan di samping mobil BMW putih.

"Jihad bintang 5. M5 (BMW) di tanah perang (Suriah) he he," tulisnya, di bawah salah satu foto.

"AS + Australia, bagaimana rasanya kami semua berlima dilahirkan dan dibesarkan di tanahmu, dan sekarang di sini haus darahmu?" tulisnya, di samping foto lain.

"Jangan berulah dengan golongan saya. Dari Australia, ke negeri Khilafah. Itulah semangat Australia," tulisnya di foto lain berikutnya, merujuk pada apa yang disebut ISIS sebagai kekhalifahan di Suriah dan Irak.

Sejumlah postingan itu diunggah di tengah puncak kesuksesan kelompok ISIS. Sejak saat itu, kelompok teroris tersebut mengalami serangkaian kemunduran militer dan pada akhir tahun lalu, hanya mengendalikan wilayah kecil di provinsi barat daya Suriah, Deir ez-Zor, dekat perbatasan Irak.

Pada September, kelompok paramiliter Kurdi yang didukung AS, yang bernama Pasukan Demokrat Suriah (SDF), melancarkan serangan terhadap wilayah ISIS yang tersisa.

Sejak saat itu, dengan menggunakan kombinasi serangan darat, artileri, dan serangan udara, SDF perlahan-lahan mendorong militan yang tersisa ke daerah-daerah yang bahkan lebih kecil.

Pada pekan lalu, pasukan ISIS hanya menguasai Kota Baghuz, sebidang wilayah kecil dengan lebar sekitar dua kilometer.

Selama pekan lalu, sebanyak 20.000 warga sipil meninggalkan kota itu dan dibawa ke kamp-kamp pengungsi di Suriah dan Irak.

Kakek Zehra, yang tinggal di Melbourne, mengaku kepada ABC News dirinya sangat marah terhadap bagaimana cucunya berubah.

Menurut dia, Zehra dulunya adalah orang baik, tetapi berubah berubah dalam waktu dua bulan.

Sang kakek, yang menolak menyebutkan nama lengkapnya, mengatakan dia mencintai Australia dan ingin orang-orang yang terlibat mengubah Zehra menjadi pendukung ISIS ditangkap.

"(Saya) ingin Australia menangkap mereka yang mengubahnya," katanya.

Ketika ditanya apakah dia berpikir cucunya ingin kembali ke Australia, dia menjawab, "Bagaimana saya bisa tahu? Saya tidak tahu apa-apa."

"Jika dia kembali ke Australia, dia sendirian," katanya.

Ayah Zehra, Davut Duman, mengatakan memikirkan situasi itu membuatnya sakit dan tertekan. Dia menolak untuk berbicara lebih lanjut tentang putrinya.

Kakek Zehra mengatakan, perempuan berusia 25 tahun itu memiliki kewarganegaraan ganda Australia-Turki.

Ini mungkin berarti Pemerintah Australia bisa membatalkan kewarganegaraan Australia-nya, karena dia tidak akan dibiarkan tanpa kewarganegaraan.

Pasal 35 dari Undang-Undang Kewarganegaraan Australia mengizinkan negara untuk mencabut kewarganegaraan seseorang jika seseorang berjuang atau mengabdi untuk organisasi yang dinyatakan sebagai teroris.

Editor : Nathania Riris Michico

Let's block ads! (Why?)



https://ift.tt/2NzgNIs
February 28, 2019 at 06:16PM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Istri Militan ISIS Ungkap Anak Teroris Masih Terjebak di Lokasi Perang"

Post a Comment

Powered by Blogger.