Menko Luhut Buka-bukaan soal Latar Belakangnya Bisnis Batu Bara

JAKARTA, iNews.id - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan membeberkan latar belakangnya berkecimpung dalam usaha batu bara. Pasalnya, sejak awal beliau bercita-cita menjadi prajurit profesional.

Berganti-ganti jabatan dari Menteri Perindustrian dan Perdagangan ke Dubes Indonesia untuk Singapura lalu menjadi Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan HAM di periode pemerintahan yang berbeda membuat Luhut tidak puas. Sebab, jabatannya tersebut tidak berlangsung lama.

"Saya bergolak juga dalam hati kok jadi begini. Kok Tuhan tidak adil, saya challenges Tuhan," ujarnya dalam acara Kadin Talks di Menara Kadin, Jakarta, Kamis (28/2/2019).

Dia mengaku saat itu sedang dalam kondisi yang pas-pasan dengan uang yang tidak seberapa. Namun, salah seorang temannya mengajaknya untuk berbisnis yang kemudian ditolaknya karena dia ingin menjadi Dubes Amerika Serikat (AS).

"Saya tidak pernah lupa sama Ical (Aburizal Bakrie). Ical itu yang ajak saya bisnis. Tapi saya bilang sama Ical tidak mau, saya mau jadi Dubes Amerika. Tapi ternyata saya tidak ditawarin ke AS tapi ke Jepang," kata dia.

Kemudian, dia memutuskan untuk mulai berbisnis di sektor energi terutama listrik melalui tambang. Akhirnya Luhut mendapatkan lahan untuk tambang seluas 15.000 hektare di kawasan Kalimantan tapi saat ini hanya tersisa 6.000 hektare.

"Kemudian saya pikir saya harus masuk ke energi, listrik dan kemudian mining. Saya dapat konsesi kalau tidak salah 15.000 hektare, ya itulah saya kerjain. Sampai sekarang saya masih punya 6.000-an ha dan saya sih okelah buat pensiunan," ucapnya.

Kendati demikian, saat dia memilih sektor bisnis tersebut sama sekali tidak mengerti mengenai batu bara. Namun, hal tersebut tidak menghentikan langkahnya untuk belajar dan menekuninya.

"Saya pilih batu bara, saya tidak tahu isinya apa, mengerti pun tidak. Tapi saya segera belajar, saya cari anak muda, saya tidak mengerti gimana. Mereka bilang batu bara bagus, padahal mimpi saya tidak seperti itu eh ternyata pas saya tua paten juga barang saya," tuturnya.

Editor : Ranto Rajagukguk

Let's block ads! (Why?)