RIYADH, iNews.id - Arab Saudi tengah menggencarkan aksi tebar pesona. Selama beberapa hari terakhir, khalayak dunia mendapat kabar bahwa kerajaan tersebut menunjuk duta besar perempuan pertama di negara sekutu utamanya, Amerika Serikat (AS).
Adapun Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman baru saja merampungkan kunjungan ke China, Pakistan, dan India guna merundingkan kesepakatan dagang dan investasi bernilai miliaran dolar AS.
Rangkaian kejadian ini hanya berselang lima bulan setelah negara-negara Barat dikejutkan oleh pembunuhan wartawan Jamal Khashoggi di dalam Konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki.
Badan intelijen AS, CIA, dan lembaga spionase Barat lainnya menyimpulkan bahwa sang putra mahkota—yang kerap disebut dengan inisial MBS—amat mungkin mendalangi pembunuhan tersebut, yang dibantah keras oleh sejumlah pejabat Saudi.
Akibat kasus itu, MBS yang tadinya mendapat sambutan hangat di berbagai tempat, dijauhi oleh negara-negara Barat di KTT G-20 di Buenos Aires, Argentina.
Oleh media Barat, MBS dikritik habis-habisan, tidak hanya terkait kasus pembunuhan Khashoggi, tapi juga terkait pemenjaraan demonstran damai, termasuk perempuan, dan melancarkan perang di Yaman.
Dihadapkan pada situasi ini, apa yang MBS lakukan?
Seperti dijabarkan BBC, Jumat (1/3/2019), dia beralih ke arah timur, persis seperti yang dilakukan para pemimpin negara-negara Teluk pada 2011 setelah dihujani kritik dari Eropa mengenai praktik sewenang-wenang di negara mereka.
Di negara-negara Asia, kedatangan MBS disambut karpet merah.
Di Pakistan, negara bersenjata nuklir yang sedang kesulitan keuangan, MBS dihormati dengan tembakan salvo 21 kali, kawalan pesawat jet tempur, dan hadiah senjata api berlapis emas.
Kemudian di India, MBS diterima dengan hangat oleh Perdana Menteri Narendra Modi. Mereka lalu mendiskusikan rencana Saudi dalam berinvestasi besar-besaran, terutama pada sektor energi.
Lau di China, sang putra mahkota berbincang bersama Presiden Xi Jinping kemudian meneken kesepakatan penyulingan minyak senilai 10 miliar dolar AS atau Rp139,9 triliun.
Kaum bangsawan Saudi tidak pergi sendirian. Jika Anda adalah putra mahkota dan penguasa de facto, Anda akan disertai rombongan 1.100 orang yang menumpang sejumlah pesawat, menginap di ratusan kamar hotel, serta membawa alat fitness pribadi.
Rombongan itu mencakup wartawan-wartawan dari media yang dikendalikan pemerintah sehingga mereka dapat melaporkan kepada rakyat bagaimana pemimpin mereka disambut oleh negara tujuan.
Posisi MBS di Saudi sudah dianggap aman sebelum melakoni perjalanan mengingat tiada pesaing kuat yang mengincar takhta.
Pun dengan sambutan hangat yang diterima MBS di negara-negara Asia semakin menguatkan posisinya di mata rakyat Saudi sekaligus menyingkirkan anggapan bahwa sosoknya dikucilkan sejak pembunuhan Khashoggi.
Namun, AS sulit diyakinkan. Bukan kebetulan bahwa duta besar Saudi untuk Washington yang baru diangkat adalah perempuan.
Putri Reema binti Bandar Al Saud adalah pebisnis mandiri yang sukses. Dia juga dikenal gencar memperjuangkan peranan perempuan Saudi yang lebih luas dalam masyarakat di kerajaan itu.
Bagaimanapun, Putri Reema harus menghadapi Kongres AS yang kritis dan media yang melaporkan secara panjang lebar mengenai kekurangan Arab Saudi dalam hal hak asasi manusia.
Pendahulunya, Pangeran Khalid bin Salman Al Saud, buru-buru meninggalkan Washington setelah kasus Khashoggi. Dia dituduh ikut terlibat dalam pembunuhan sang wartawan, yang dia bantah. Belakangan dia tidak menempati jabatan dubes Saudi untuk AS tanpa penjelasan rinci.
Lalu bagaimana posisi Eropa dalam situasi ini? Singkat kata, kebingungan.
Bagi Inggris, Arab Saudi adalah mitra dagang terbesar di Timur Tengah dan sekitar 50.000 pekerjaan di Inggris tergantung pada hubungan kedua negara.
Dengan kekayaan minyaknya yang melimpah, Arab Saudi merupakan pasar besar bagi para eksportir. Apalagi, Saudi merupakan salah satu pembeli utama persenjataan Inggris, sesuatu yang dijanjikan pemimpin oposisi Jeremy Corbyn akan diakhiri.
Hubungan Inggris dan Prancis lebih sejuk, tapi kedua negara tidak ada yang menerapkan sanksi signifikan terhadap Saudi.
Jerman, di sisi lain, menanggapi kasus pembunuhan Khashoggi dengan membekukan ekspor senjata ke Saudi. Namun, aksi ini justru mengancam hubungan Inggris-Saudi lantaran beberapa onderdil pesawat tempur Typhoon pesanan Saudi diproduksi di Jerman.
Pesan Saudi ke negara-negara Barat tampaknya ada dua.
Dengan beralih ke negara-negara besar nan penting di Asia, Saudi seperti ingin mengatakan: "Kami punya teman-teman lain di sekeliling dunia dan mereka gembira berbisnis dengan kami."
Kemudian dengan menunjuk duta besar perempuan ke Washington, Saudi tampak ingin menyampaikan pesan, "Kami tahu kami punya kekurangan yang harus diperbaiki, jadi kami dengan senang hati ingin mendengar apa yang Anda katakan."
Yang perlu dicermati para pengritik Saudi, apakah semua langkah yang baru dilakukan MBS berpengaruh terhadap semua pembangkang politik yang ditekan di Saudi—suatu hal yang membuat negara-negara Barat malu dalam berbisnis dengan negara kerajaan tersebut.
Editor : Nathania Riris Michico
https://ift.tt/2T6nesH
March 01, 2019 at 03:17PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Ketika Putra Mahkota Saudi MBS Tebar Pesona di Kawasan Asia"
Post a Comment