CHRISTCHURCH, iNews.id - Salwa Mustafa kehilangan seorang suami dan anak akibat tindakan keji dari seorang pria penganut supremasi kulit putih di Masjid Al Noor, Christchurch, Selandia Baru. Namun pengungsi Suriah itu memiliki pesan menantang bagi dunia tepat sepekan setelah tragedi itu.
"Jika mereka berpikir bahwa mereka menghancurkan kita, mereka salah," kata Mustafa, dalam konferensi pers ketika dia memegang tangan putranya yang masih hidup, yang ditembak di kaki saat serangan, seperti dilaporkan AFP, Jumat (23/3/2019).
"Apa yang terjadi membuat kita lebih kuat, karena kita bukan teroris," katanya.
"Orang-orang mengatakan bahwa Muslim adalah teroris. Seluruh dunia melihat siapa yang menjadi teroris," katanya.
"Muslim adalah orang-orang yang cinta damai dan cinta, bukan teroris."
"Dan saya berharap seluruh dunia sekarang dapat memahami Islam yang sebenarnya, realitas Islam," tambahnya.
Zaid Mustafa (kiri), dan ibunya Salwa Mustafa (kanan) menangis ketika mengadakan konferensi pers di Christchurch. (FOTO: ANTHONY WALLACE / AFP)
Khalid Mustafa dan putranya yang berusia 15 tahun, Hamza, merupakan yang pertama dari 50 korban penembakan di dua masjid di Christchurch yang dimakamkan pada Rabu (20/3).
Keluarga itu tiba di Selandia Baru tahun lalu sebagai pengungsi dari Suriah, melarikan diri ke tanah yang mereka pikir aman.
Pria bersenjata yang didakwa melakukan penembakan, Brenton Tarrant (28) asal Australia, menceritakan motivasi melakukan serangan itu dalam manifesto, di mana dia berbicara tentang keinginan untuk memerangi "penjajah Muslim".
Dalam konferensi pers emosional hari ini, Mustafa dan putranya yang masih hidup Zaid (13) berterima kasih kepada warga Selandia Baru karena mengorganisir acar doa dan salat Jumat bersama secara nasional.
Salwa Mustafa (kanan) kehilangan suami dan seorang anak dalam penembakan di Christchurch yang terjadi sepekan lalu. (FOTO: ANTHONY WALLACE / AFP)
Zaid, yang duduk di kursi roda dengan selimut menutupi kakinya yang terluka, mengatakan bahwa dia sangat terpukul karena kehilangan ayah dan saudara lelakinya.
"Saya merasa jika saya mmati dan ayah dan kakak saya masih hidup, itu akan lebih baik," katanya, sambil menyeka airmata dari matanya. Namun, dia berjanji akan tetap hidup untuk ayah dan saudaranya.
"Saya merasa kalau saya hanya duduk-duduk sedih sepanjang waktu, itu tidak masuk akal," tambahnya.
"Saya berpikir untuk menyelesaikan hidup saya seperti tidak ada yang mati."
Zaid menambahkan, dia akan kembali ke Al Noor untuk salat Jumat begitu dibuka masjid itu dibuka kembali dan kakinya telah pulih.
"Ini sangat berarti, terima kasih kepada Tuhan atas segala yang terjadi," katanya.
Editor : Nathania Riris Michico
https://ift.tt/2um7TW4
March 22, 2019 at 07:28PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Korban Penembakan Selandia Baru: Dunia Lihat Siapa yang Jadi Teroris"
Post a Comment