Stabil Melemah, Kurs Rupiah Tembus Rp14.434 per Dolar AS

JAKARTA, iNews.id - Nilai tukar rupiah di pasar spot pada akhir perdagangan bertahan melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Mata uang Garuda terpantau masih stabil di level psikologis Rp14.400 per dolar AS.

Data Bloomberg menunjukkan, rupiah melemah 11 poin atau 0,08 persen menjadi Rp14.434 per dolar AS dari sesi terakhir kemarin Rp14.423 per dolar AS. Laju pergerakan harian rupiah tercatat Rp14.425-14.460 per dolar AS dengan level pembukaan di Rp14.425 per dolar AS.

Yahoo Finance mencatat, rupiah terdepresiasi 74 poin atau 0,51 persen menjadi Rp14.433 per dolar AS dari sesi terakhir sebelumnya Rp14.359 per dolar AS. Saat dibuka, rupiah diperdagangkan di Rp14.410 per dolar AS dengan rentang pergerakan harian Rp14.359-14.455 per dolar AS.

Berdasarkan laporan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, rupiah melemah 82 poin menjadi Rp14.444 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.362 per dolar AS.

Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan, nilai tukar rupiah hari ini akan bergerak di kisaran Rp14.500-14.400 per dolar Amerika Serikat (AS). Pergerakan rupiah masih berpotensi melemah akibat perang dagang yang berkepanjangan.

Dia menyatakan, kekhawatiran akan perang dagang antara AS dengan China membuat pasar keluar dari aset berisiko ke aset aman. Hal ini terlihat dari turunnya bursa-bursa saham di dunia sedangkan harga emas naik.

"Rupiah bisa mengalami pelemahan lanjutan hari ini dengan potensi ke area Rp14.500 dan support di Rp14.400," ujarnya kepada iNews.id, Selasa (14/5/2019).

Pasalnya, China memberikan aksi balasan ke AS dengan menaikan bea impor terhadap sejumlah barang AS. Aksi balasan ini meningkatkan kekhawatiran perang dagang akan berkepanjangan dan meluas serta memperlambat perekonomian global.

Setelah sebelumnya, AS menerapkan kenaikan tarif impor menjadi 25 persen dari 10 persen untuk barang China senilai 200 miliar dolar AS. AS bahkan mengancam akan memperluas kenaikan tarif tersebut ke barang China yang lain.

Aksi ini menurutnya akan mengundang balasan dari China sehingga perang dagang menjadi berkepanjangan dan beresiko melambatkan perekonomian global.

Editor : Ranto Rajagukguk

Let's block ads! (Why?)