Tewaskan 10 Orang, Kebakaran Klub Sepak Bola Brasil akibat Listrik

RIO DE JANEIRO, iNews.id - Kebakaran asrama pusat pelatihan klub sepak bola Brasil, Flamengo, di Rio de Janeiro pada Jumat (8/2/2019) disebabkan lonjakan daya listrik secara tiba-tiba atau spike.

Kebakaran di fasilitas bernama Ninho do Urubu itu menewaskan 10 orang, sebagian besar merupakan pemain junior.

CEO Flamengo Reinaldo Belotti mengatakan, lonjakan daya listrik tersebut dipicu oleh cuaca buruk yakni badai yang menerjang Rio de Janeiro sejak beberapa hari sebelum kebakaran terjadi. Peristiwa ini terjadi sehari setelah badai menerjang Rio dan menewaskan sedikitnya enam orang.

"Ini merupakan serangkaian peristiwa setelah Rio diterjang badai sehingga menyebabkan bencana yang lebih besar lagi (kebakaran)," kata Belotti, dikutip dari Reuters, Minggu (10/2/2019).

Belotti mengenyampingkan faktor izin pendirian bangunan sebagai penyebab kebakaran. Seperti diketahui, fasilitas Ninho do Urubu baru direnovasi dan diperluas 3 bulan lalu. Gedung asrama yang terbakar itu didirikan di lahan yang seharusnya dimanfaatkan untuk parkir.

Menurut Belotti, tidak ada hubungan antara perizinan dengan kebakaran.

"Daerah ini dikenal oleh semua orang, nyaman dan memadai. Kami bangga akan hal itu. Hal yang benar ini adalah kecelakaan tragis. Ini bukan karena kurangnya investasi oleh Flamengo juga bukan karena Flamengo tidak peduli," tuturnya.

Kantor Wali Kota Rio de Janeiro menyatakan, asrama di pusat pelatihan itu dibangun di area yang terdaftar sebagai tempat parkir. Pemerintah kota juga sudah memperingatkan klub Flamengo hampir 30 kali untuk menutup asrama tersebut.

Sementara itu salah seorang dari 13 pemain junior yang lolos dari kebakaran mengatakan, dia menyelelamatkan diri ke luar gedung setelah terbangun dan melihat AC terbakar.Peristiwa ini menyebabkan tiga pemian junior terluka, salah satunya dalam kondisi serius.

Sebanyak 10 korban tewas berusia antara 14 dan 17 tahun. Mereka merupakan pemain klub Flamengo dan peserta yang menjalani uji coba. Flamengo belum mengungkap identitas para korban.

Editor : Anton Suhartono

Let's block ads! (Why?)