Hamas: Ketenangan Bisa Pulih jika Israel Berhenti Tembaki Demonstran Palestina

JALUR GAZA, iNews.id - Aksi saling serang antara pejuang Palestina di Jalur Gaza dengan militer Israel sejak Sabtu (4/5/2019) menewaskan puluhan orang, termasuk empat dari pihak Israel.

Kedua pihak menyepakati gencatan senjata, Senin (6/5/2019), untuk menahan diri. Meski demikian pemimpin Hamas Ismail Haniyeh menegaskan, ketenangan baru akab bisa terwujud jika Israel berhenti menembaki demonstran Gaza.

Serangan roket pejuang Palestina yang menguasai Gaza, Hamas, serta faksi lainnya, Jihad Islam, ke wilayah Israel merupakan respons atas tewasnya beberapa warga oleh penembak jitu.

Bahkan dia mengancam akan meningkatkan serangan jika Israel tak berhenti menembaki demonstran Palestina. Sejak aksi unjuk rasa 'Great March of Return' digelar di perbatasan Gaza-Israel pada Maret 2018, lebih dari 250 warga Palestina tewas.

Aksi itu merupakan simbolisasi kepulangan ke tanah warga Palestina yang direbut Israel sejak perang 1948.

"Kami menekankan bahwa semakin parah serangan Israel terhadap warga sipil Palestina, maka semakin keras pula respons Palestina," kata Haniyeh, dalam pernyataan, dikutip dari Anadolu, Senin (6/5/2019).

"Hamas menekankan bahwa ketenangan bisa dipulihkan hanya setelah Israel menghentikan agresi terhadap Jalur Gaza dan Isael menerapkan kesepakatan gencatan senjata," kata dia lagi.

"Orang-orang Palestina yang terkepung di Jalur Gaza selama lebih dari 12 tahun hanya menuntut hak-hak dasar mereka, seperti semua hukum dan konvensi internasional," menurut pernyataan itu.

Sejak Sabtu (4/5/2019), 25 warga Palestina, termasuk dua perempuan hamil dan dua bayi, tewas akibat serangan Israel.
Lebih dari 100 lainnya terluka oleh serangan udara Israel.

Eskalasi di Jalur Gaza bermula setelah empat warga Palestina tewas ditembak tentara Israel saat berunjuk rasa di perbatasan pada Jumat. Selain itu 51 orang lainnya luka.

Sementara itu pejuang Palestina meluncurkan sekitar 600 roket ke Israel menewaskan empat orang.

Editor : Anton Suhartono

Let's block ads! (Why?)