Saham FedEx Anjlok, Wall Street Dibuka Tergelincir

JAKARTA, iNews.id – Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street dibuka tergelincir karena penurunan saham FedEx meredam sentimen investor terhadap pengumuman Federal Reserve yang diprediksi lebih dovish.

Mengutip CNBC, Rabu (20/3/2019), indeks Dow Jones Industrial Average turun 91 poin dengan saham Goldman Sachs memimpin pelemahan. Indeks S&P 500 turun 0,4 persen karena sektor perawatan kesehatan dan material merosot. Indeks Nasdaq Composite turun 0,2 persen.

Saham FedEx turun lebih dari 5 persen setelah CFO Alan Graf melaporkan perlambatan kinerja perusahaannya. "Melambatnya kondisi ekonomi makro internasional dan tren pertumbuhan perdagangan global yang lebih lemah terus berlanjut, seperti yang terlihat dalam penurunan tahun-ke-tahun dalam pendapatan internasional FedEx Express kami," kata Alan.

CEO UBS Sergio Ermotti mengatakan, ini adalah kuartal pertama terburuk yang pernah ada karena pendapatan investasi perbankan turun sekitar sepertiga dari periode tahun sebelumnya. Sementara itu, produsen mobil Jerman, BMW, mengatakan pendapatannya bisa turun secara signifikan pada 2019.

Bank sentral AS diperkirakan akan mempertahankan suku bunganya, dengan investor memantau keputusan proyeksi suku bunga Fed untuk beberapa tahun ke depan. Pasar saham naik lebih dari 12 persen tahun ini sebagian besar karena The Fed mengatakan pada Januari akan sabar dalam menaikkan suku bunga tahun ini.

Namun, Wall Street dapat mempersiapkan diri untuk kecewa jika Fed mengindikasikan tetap menaikkan suku bunganya tahun ini. "Satu-satunya pengaruh bullish yang paling menonjol pada saham saat ini adalah Fed yang dovish, dan upaya untuk mencapai level tertinggi baru lima bulan di S&P menggarisbawahi kemampuannya untuk secara tunggal menggerakkan pasar," Tom Essaye, pendiri The Sevens Report, mengatakan dalam sebuah catatan.

Sementara itu, ketidakpastian juga datang dari kelanjutan negosiasi perdagangan AS-China. Dua negara ekonomi terbesar di dunia itu telah mengenakan tarif barang-barang satu sama lain bernilai miliaran dolar AS selama setahun terakhir, menghancurkan pasar keuangan dan memperburuk sentimen bisnis.

Editor : Ranto Rajagukguk

Let's block ads! (Why?)