5 Tahun Tragedi MH370, 5 Teori Hilangnya Pesawat

JAKARTA, iNews.id - Tepat lima tahun lalu, pesawat Malaysia Airlines dengan nomor penerbangan MH370 rute Kuala Lumpur-Beijing hilang. Pesawat Boeing 777 itu lepas landas di pagi hari dan beberapa jam kemudian dinyatakan hilang.

Sampai saat ini, penyebab hilangnya MH370 belum terungkap, menjadikannya sebagai kasus paling misterius dalam sejarah dunia penerbangan modern.

Tak hanya itu, pencarian pesawat yang mengangkut 239 penumpang dan kru itu pun tercatat sebagai operasi paling besar dalam sejarah. Pasalnya, tak ada indikasi yang menjadi klu keberadaan pesawat, sekalipun jatuh.

Mengungkap tragedi MH370 bisa dibilang seperti mencari benda di ruang yang luas di tengah kegelapan.

Meski demikian, proses pencarian yang berlangsung 4 tahun sudah menemukan beberapa puing MH370, yakni bagian sayap. Puing-puing itu ditemukan di Samudera Hindia.

Ada beberapa teori yang disampaikan para ahli terkait hilangnya MH370, sebagaimana dilaporkan AFP, Jumat (8/3/2019):

1. Masalah Teknis

Perhatian difokuskan pada kemungkinan masalah teknis atau struktur pesawat. Beberapa ahli menyampaikan teori mengenai kebakaran pada komponen kelistrikan yang menghasilkan asap hingga memenuhi kabin pesawat. Kondisi ini menyebabkan penumpang dan kru pingsan.

Pesawat kemudian terbang dengan sistem autopilot di atas Samudra Hindia sebelum kehabisan bahan bakar dan jatuh.

Teori yang disebut dengan 'hipoksia (kekurangan oksigen) massal' ini mendapat dukungan dari sejumlah analis.

Dalam laporan pada 2014, Biro Keselamatan Transportasi Australia, pihak yang memimpin pencarian, menyatakan, kru mengalami hipoksia sehingga tak bisa merespons atau mengambil tindakan.

2. Pilot Bunuh Diri

Pilot MH370 Zaharie Ahmad Shah turut menjadi pihak yang disalahkan. Salah satu teori menyebut, ada kemungkinan Zaharie mengalami tekanan mental karena masalah pribadi sehingga dia sengaja menjatuhkan atau menabrakkan pesawat.

Beberapa bulan sebelum pesawat hilang, dia mengalami masalah dengan pernikahan. Selain itu ada pula yang mengaitkan bahwa tekanan mental itu disebabkan kasus yang dialami tokoh oposisi Malaysia saat itu Anwar Ibrahim yang dituduh melakukan sodomi.

Namun keluarga dan rekan-rekan Zaharie menepis tuduhan itu dengan menyebutnya tidak berdasar.

Pada 2016, para pejabat Malaysia mengungkap dia merencanakan jalur terbang di atas Samudera Hindia melalui simulator penerbangan di rumah. Meski demikian fakta itu tak bisa dikaitkan begitu saja dengan tragedi ini.

3. Aksi Teroris

Ada pula teori yang menyebut bahwa pesawat itu dibajak atau menjadi korban serangan teroris.

Pemimpin media Rupert Murdoch termasuk di antara yang mendukung teori ini. Dalam cuitannya, dia menyebut pesawat kemungkina dicuri dan disembunyikan di Pakistan.

Ada juga spekulasi yang menyebut pesawat diambil alih untuk dijadikan sebagai 'bom' menuju instalasi militer Amerika Serikat di Diego Garcia, namun sebelum ditabrakkan ditembak jatuh oleh militer AS. Pemerintah AS pun langsung membantahnya.

4. Kendali Pesawat Diambil Alih dari Jarak Jauh

Beberapa berspekulasi menyebut pesawat diambil alih untuk menggagalkan upaya pembajakan.

Pada 2006, Boeing mendapatkan hak paten di Amerika Serikat untuk teknologi pengambilalihan kendali pesawat dari jarak jauh jika terjadi pembajakan.

Salah satu pendukung teori ini adalah Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad. Dia mengatakan kepada surat kabar Australia bahwa, "Kapasitas untuk melakukan itu ada di sana (Boeing). Teknologi ada di sana."

5. Diculik Rusia

Salah satu teori paling aneh muncul dalam artikel di majalah New York. Spekulasi ini disampaikan pakar penerbangan AS, Jeff Wise, pada 2015.

Dia mengatakan MH370 dibawa ke fasilitas Rusia di Kazakhstan atas perintah yang kemungkinan datang dari Presiden Rusia Vladimir Putin. Tujuannya untuk mengintimidasi negara Barat di tengah krisis yang meningkat di Ukraina atau untuk mendapatkan akses ke penumpang atau barang tertentu.

"Tidak ada cara untuk mengetahuinya. Ini mengenai teori MH370. Sulit untuk mendapatkan motif yang masuk akal untuk tindakan yang tidak ada manfaat yang jelas," tulisnya.

Editor : Anton Suhartono

Let's block ads! (Why?)