Sesi Pagi, Rupiah Bertahan Melemah di Rp14.470 per Dolar AS

JAKARTA, iNews.id - Nilai tukar rupiah di pasar spot pada perdagangan, Selasa (21/5/2019) pagi bertahan melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Mata uang Garuda terpantau masih betah di level psikologis Rp14.400 per dolar AS.

Data Bloomberg pukul 09.54 WIB menunjukkan, rupiah melemah 15 poin atau 0,10 persen menjadi Rp14.470 per dolar AS dari sesi terakhir kemarin Rp14.455 per dolar AS. Laju pergerakan harian rupiah tercatat Rp14.462-14.470 per dolar AS dengan level pembukaan di Rp14.462 per dolar AS.

Yahoo Finance mencatat, rupiah melemah 15 poin atau 0,10 persen menjadi Rp14.465 per dolar AS dari sesi terakhir sebelumnya Rp14.450 per dolar AS. Saat dibuka, rupiah diperdagangkan di Rp14.474 per dolar AS dengan rentang pergerakan harian Rp14.450-14.474 per dolar AS.

Berdasarkan laporan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, rupiah melemah 16 poin menjadi Rp14.462 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.478 per dolar AS.

Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan, nilai tukar rupiah hari ini akan bergerak di kisaran Rp14.400-14.500 per dolar AS. Pergerakan rupiah masih berpotensi melemah akibat perang dagang AS dan China.

Dia menyatakan, pelemahan rupiah masih akan terjadi. Pasalnya, kekhawatiran akan perang dagang antara AS dan China serta sentimen negatif lainnya masih menjadi katalis pasar hari ini.

Kemudian, naiknya harga minyak mentag dunia West Texas Intermediate sebesar 0,4 persen menjadi 63,08 dolar AS per barel, tertinggi dalam lebih dari dua minggu setelah Arab Saudi dan anggota OPEC mengisyaratkan untuk menjaga pasokan minyak.

"USDIDR keliatannya masih belum beranjak dari Rp14.400-14.500 hari ini," ujarnya kepada iNews.id, Selasa (21/5/2019).

Selain itu dari sentimen internal, pasar tengah berhati-hati dengan hasil pemilu yang akan diumumkan 22 Mei mendatang.

"Pasar juga menantikan penerimaan hasil pemilu 2019. Meskipun pengalaman pemilu sebelumnya selalu berakhir dengan baik, tetapi tetap ada kekhawatiran di pasar," ucapnya.

Editor : Ranto Rajagukguk

Let's block ads! (Why?)