Sesi Pagi, Kurs Rupiah Terpuruk ke Rp14.451 per Dolar AS

JAKARTA, iNews.id - Nilai tukar rupiah di pasar spot pada perdagangan, Senin (20/5/2019) melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Mata uang Garuda terpantau stabil di level psikologis Rp14.400 per dolar AS.

Data Bloomberg pagi menunjukkan, rupiah melemah 1 poin atau atau 0,01 persen menjadi Rp14.451 per dolar AS dari posisi terakhir pekan sebelumnya Rp14.450 per dolar AS. Laju pergerakan harian rupiah tercatat Rp14.450-14.451 per dolar AS dengan level pembukaan di Rp14.450 per dolar AS.

Yahoo Finance mencatat, rupiah terdepresiasi 5 poin atau 0,03 persen menjadi Rp14.450 per dolar AS dari sesi terakhir pekan kemarin Rp14.450 per dolar AS. Saat dibuka, rupiah diperdagangkan di Rp14.463 per dolar AS dengan rentang pergerakan harian Rp14.445-14.463 per dolar AS.

Berdasarkan laporan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, rupiah melemah 9 poin menjadi Rp14.478 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.469 per dolar AS.

Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan, nilai tukar rupiah hari ini akan bergerak di kisaran Rp14.400-14.500 per dolar AS. Pergerakan rupiah masih berpotensi melemah akibat perang dagang AS dan China.

Dia menyatakan, tensi tinggi perang dagang masih menjadi katalis pasar hari ini. Apalagi Presiden AS Donald Trump mengeluarkan kebijakan untuk perusahaan AS untuk tidak berhubungan dengan perusahaan China yaitu Huawei.

"Ini bisa membebani rupiah. USDIDR berpotensi berkonsolidasi di kisaran Rp14.400-14.500," ujarnya kepada iNews.id, Senin (20/5/2019).

Selain itu, kenaikan harga minyak mentah juga akan memberikan tekanan terhadap rupiah di mana kenaikan harga minyak mentah akan mendorong kenaikan impor dan bisa berujung pada defisit current account Indonesia yang besar.

Kendati demikian, data gross domestic product (GDP) Kuartal I 2019 Jepang 0,5 persen yang di atas ekspektasi hanya 0,1 persen. Hal ini dapat memberikan sentimen positif ke pasar risk asset karena sinyal pelambatan ekonomi belum tampak di negara dengan ekonomi terbesar kedua di Asia.

Editor : Ranto Rajagukguk

Let's block ads! (Why?)