Brasil Belum Putuskan Geser Kedubes ke Yerusalem, Ini Alasannya

RIO DE JANEIRO, iNews.id - Brasil masih mempelajari rencana untuk memindahkan kedutaan besar di Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem.

Pernyataan tersebut disampaikan Menteri Luar Negeri Ernesto Araujo beberapa hari menjelang kunjungan Presiden Jair Bolsonaro ke Israel.

Setelah dilantik pada Januari 2019, Bolsonaro dengan yakin berjanji akan mengikuti langkah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang sudah lebih dulu memindahkan kedubes ke Yerusalem yakni pada Mei 2018.

Namun rencana itu memicu kekhawatiran akan berdampak pada hubungan perdagangan Brasil dengan negara-negara Arab. Timur Tengah merupakan pasar utama untuk sebagian produk ekspor Brasil.

Araujo memastikan bahwa usulan pemindahan kedubes belum final dan masih dikaji lebih dalam.

"Masalah Yerusalem sangat penting, ini adalah bagian inti dari hubungan yang baru dengan Israel. Kami masih mempelajari cara (keputusan) yang akan diambil," kata Araujo, dikutip dari AFP, Kamis (21/3/2019).

Dia menegaaskan, pemindahan kedubes harus sejalan dengan kebijakan lainnya di kawasan. Selain dampak di bidang perdagangan, kata Araujo, Brasil tetap berkomitmen menciptakan perdamaian dan stabilitas di kawasan.

Bolsonaro dijadwalkan mengunjungi Israel pada 31 Maret hingga 2 Aprill 2019 untuk memperkuat hubungan kerja sama. Ini juga sebagai kunjungan balasan karena Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menghadiri pelantikannya pada 1 Januari.

Yerusalem merupakan isu sensitif. Israel mengklaim seluruh wilayah Yerusalem sebagai ibu kotanya, sementara Palestina menegaskan Yerusalem Timur sebagai ibu kota negara di masa depan.

Berdasarkan kesepakatan, status Yerusalem hanya dapat ditentukan melalui meja perundingan oleh Israel dan Palestina, bukan diklaim sepihak oleh satu negara.

Dengan memindahkan kedubes, maka negara itu secara definitif mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, yang artinya juga wilayah kekuasaannya.

Sejauh ini hanya AS dan Guatemala yang sudah memindahkan kedubes ke Yerusalem. Paraguay yang sempat membuat keputusan yang sama, akhirnya membatalkannya pada tahun lalu.

Editor : Anton Suhartono

TAG :

Let's block ads! (Why?)