Pengamat: Capaian Perindo Luar Biasa, Tetap Harus Kerja Ekstra

JAKARTA, iNews.id – Dalam masa kampanye terbuka Pemilu 2019, Partai Perindo semakin intensif memperkenalkan diri dengan program-program prorakyat yang selama ini menjadi andalan partai bernomor urut 9 itu. Melihat fenomena tersebut, pengamat politik dari Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung, Idil Akbar, menilai langkah yang dilakukan Perindo selama ini sudah cukup baik.

“Yang dilakukan oleh Perindo menurut saya sudah cukup baik. Memang saya menangkapnya karena Perindo itu sudah cukup lama mengintensifkan kampanye terutama dalam kampanye di media, media massa, dan sebagainya,” ujar Idil saat dihubungi iNews.id, Jumat (29/3/2019).

Dia pun menyarankan agar seluruh caleg dari Perindo terus melakukan pendekatan persuasif ke masyarakat di sisa waktu 19 hari menjelang hari pemungutan suara. Dengan begitu, masyarakat bisa semakin mengenali visi misi yang dibawa partai besutan Hary Tanoesoedibjo (HT) itu.

“Jadi bukan hanya menyampaikan jargon-jargon politik, tapi lebih langsung ketemu dengan masyarakat. Kemudian kader-kader Perindo agar lebih bisa terjun langsung ke masyarakat dan memberikan solusi-solusi positif kepada mereka,” ucapnya.

Terkait hasil survei terakhir dari Jaringan Suara Indonesia (JSI) yang menyebutkan elektabilitas Partai Perindo mencapai angka 4,7 persen, peneliti senior Pusat Studi Politik dan Keamanan Unpad itu menganggap capaian tersebut luar biasa. Apalagi, Perindo sebagai partai pendatang baru mampu mencapai angka elektabilitas melebihi beberapa partai yang lebih senior.

Kendati demikian, karena dalam memperebutkan suara rakyat nanti akan bersaing dengan partai-partai besar juga, Perindo menurut Idil harus mengeluarkan energi ekstra agar bisa meraih hasil maksimal di Pemilu 2019.

“Memang kalau partai baru itu harus luar biasa energi yang dikeluarkan untuk memperkenalkan diri. Tetapi dengan angka 4,7 persen suara sangat luar biasa menurut saya. Itu menandakan bahwa Partai Perindo sebagai partai yang diperhitungkan sebagai partai politik di Indonesia,” kata Idil.

Editor : Ahmad Islamy Jamil

Let's block ads! (Why?)