SYDNEY, iNews.id - Keluarga salah satu remaja putra yang menjadi korban pelecehan seksual bendahara Vatikan, Kardinal George Pell, mengungkapkan kesedihan dan kemarahan melihat hidup putra mereka hancur setelah adanya pelecehan tersebut.
Remaja itu merupakan satu dari dua anak berusia 13 tahun yang dianiaya secara seksual oleh Pell di ruang sakristi di Katedral St Patrick di Melbourne pada 1996.
Kepada program Four Corners ABC, ayahnya mengatakan bagaimana anaknya berubah dari seorang anak yang ceria tanpa mereka tahu mengapa.
"Dia berubah dari remaja yang menyenangkan, yang sering ikut menonton pertandingan sepak bola bersama saya, yang suka pergi membantu kakek-neneknya, dan membantu di rumah; menjadi anak yang selalu pergi dari rumah," kata ayah anak tersebut, seperti dilaporkan ABC News, Senin (4/3/2019).
"Pelajaran sekolahnya saya melihat mulai menurun. Seluruh perilakunya berubah. Dia berubah total menjadi anak yang sama sekali berbeda."
Andrew La Greca merupakan salah satu anggota kelompok paduan suara, tempat di mana remaja tersebut dilecehkan. Dia juga melihat adanya perubahan pada remaja tersebut.
BACA JUGA: Bendahara Vatikan Bersalah Atas Pelecehan Seksual ke Bocah 13 Tahun
"Dia berubah sama sekali, betul-betul berbeda. Dia tidak peduli apa pun, tidak peduli dengan siapapun. Bahkan sama sekali tidak mau bernapas," kata La Greca.
Dalam masa setahun setelah peristiwa tersebut, remaja ini mulai menggunakan heroin.
"Saya menemukan kertas timah yang sudah terbakar. Orangtua saya juga melihat hal tersebut, kakek neneknya," kata ayahnya lagi.
Ibunya dua kali bertanya kepadanya apakah dia pernah mengalami pelecehan seksual, namun remaja tersebut tidak pernah mengungkapkan apa yang pernah dialaminya.
"Sangat menyedihkan melihat anak kita sendiri menjadi seperti itu. Sulit sekali ketika kita mengalaminya," katanya, kepada Four Corners.
Remaja tersebut meninggal karena overdosis pada 2014.
Barulah setahun setelah anaknya meninggal, ketika korban lain melaporkan apa yang dialaminya secara resmi, keluarga tersebut menyadari apa yang terjadi dengan putra mereka.
Ayah remaja tersebut mengatakan perasaannya campur aduk mengenai persidangan dan keputusan bersalah yang dicapai para juri mengenai Kardinal George Pell.
"Saya senang sekarang sudah berakhir dan saya mendapat gambaran mengenai apa yang dialami anak saya, mengapa dia berbuat seperti itu," katanya.
BACA JUGA: Vatikan Kaget Pejabat Tingginya Divonis Bersalah Atas Pelecehan Seks
"Dan saya sendiri. Saya benci, saya benci dengan Gereja Katolik."
Pengacara Pell mengatakan Kardinal tetap menyatakan tidak bersalah dan sudah mengajukan banding.
Sementara itu, polisi mengatakan mengalami kesulitan berhubungan dengan Gereja. Doug Smith merupakan salah seorang sersan polisi yang ditugaskan menangani kasus Pell.
Dalam wawancara dengan Four Corners, dia mengatakan selama bertahun-tahun terlibat dalam tim yang menangani kasus pelecehan seksual anak-anak, Gereja Katolik adalah institusi yang 'sulit' untuk diajak bekerja sama.
"Mereka secara terbuka mengatakan akan bekerja sama, namun saya bisa mengatakan mereka bukanlah seperti seorang pengunjuk rasa yang tidur di jalan, dan tidak melawan ketika disuruh pindah. Mereka adalah seperti pengunjuk rasa di mana polisi harus mengangkat orang tersebut dan kemudian menyeret dari dengan paksa," kata Smith.
Dan meski bekerja sama dengan polisi sepanjang waktu, Smith menyebut pihaknya juga menghadapi sikap arogan dari Pell.
"Sikap arogan yang diperlihatkan oleh mereka yang punya kedudukan tinggi dalam masyarakat. Ketika ketika seseorang dalam kedudukan tersebut, maka ada sikap arogansi yang ditunjukkannya. Dan dia tidak menutup-nutupinya ketika berhubungan dengan polisi," katanya lagi.
Keluarga korban dan polisi memuji keberanian korban untuk menceritakan apa yang dialami dan memberi kesaksian yang pada akhirnya membuat Kardinal Pell dinyatakan bersalah.
Korban tetap meminta identitasnya disembunyikan setelah keputusan bersalah.
"Dia patut mendapat ucapan selamat karena dia melakukan tugasnya dengan baik sehingga ceritanya dipercaya," tambah Smith.
"Yang harus dilakukannya adalah menceritakan kebenaran, itu saja yang perlu dilakukan. Dan bagi juri untuk percaya dengan cerita itu, saya kira bagus sekali."
"Tidak seorang pun kebal hukum. Gereja Katolik tidak kebal hukum."
Andrew La Greca sendiri mengatakan lega hukum ditegkkan bagi rekannya sesama anggota koor, dan memuji korban yang berani melaporkan kasusnya.
"Dia adalah pahlawan. Saya kira secara mendalam, dia melakukanya bukan untuk dirinya sendiri. Dia melakukannya untuk yang lainnya juga," kata La Greca.
Editor : Nathania Riris Michico
https://ift.tt/2Tjsj16
March 04, 2019 at 08:33PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Kisah Pilu Salah Satu Anak Korban Pelecehan Seksual Bendahara Vatikan"
Post a Comment