Gubernur Tokyo Dikecam karena Masukkan Tangan ke Jaket, Kenapa?

TOKYO, iNews.id - Gubernur Tokyo Yuriko Koike dikecam warganet karena memasukkan tangannya ke kantong jaket usai mengalungkan medali dan memberikan selamat kepada pelari marathon asal Ethiopia, Birhanu Legese.

Legese memenangkan Tokyo Marathon, Minggu (3/3/2019). Dia menjadi pelari putra yang finis terdepan dengan catatan waktu 2 jam, 4 menit, dan 48 detik. Ajang ini terbilang resmi karena satu dari enam rangkaian seri World Marathon Major.

Usai memberikan selamat, Koike berpose bersama Legese. Setelah itu dia mundur ke belakang podium untuk memberi kesempatan pejabat lain memasangkan mahkota kemenangan di kepala Legese.

Saat itulah Koike memasukkan tangannya ke kantong jaket hingga memicu reaksi keras di media sosial.

Meskipun dia memasukkan tangan ke kantong untuk menghangatkan jari-jarinya karena suhu di lokasi cukup dingin, mencapai 6 derajat Celsius, ditambah hujan, aksi perempuan pertama yang menjabat gubernur di Tokyo itu tetap mengundang kritikan.

Memasukkan tangan ke saku, jaket atau celana, dianggap sangat tidak sopan dalam etika tradisional Jepang.

Sekalipun saat itu dia tidak lagi menjadi pusat perhatian, beberapa warganet tetap menganggap Koike bersikap tidak menghormati Legese.

"Keluarkan tangan dari saku Anda," kata warganet, seperti dikutip Japan Today, Selasa (5/3/2019).

"Jadi, dingin. Tahanlah," ujar warganet lain.

Ada pula yang memberikan komentar keras.

"Tidak punya akal sehat. Jika tangan Anda tangan kedinginan dengan dikeluarkan dari saku, pakailah sarung tangan."

"Bagaimana kita bisa berharap dia menunjukkan keramahan yang cukup kepada para atlet selama Olimpiade Tokyo 2020?"

Meski demikian, Koike langsung meminta maaf saat wartawan meminta komentar soal aksinya itu setelah acara berakhir.

"Saya minta maaf. Itu memang tidak sopan bagi saya," kata dia.

Selain soal memasukkan tangan, Koike juga dikritik karena hanya dia dan pejabat lain yang dipayungi oleh perempuan berpakaian kimono, sementara Legese dibiarkan berdiri kehujanan di podium.

Editor : Anton Suhartono

Let's block ads! (Why?)