JAKARTA, iNews.id – Andi Arief kembali menyita perhatian publik hari ini. Biasanya, kritik dan cuitan pedasnya di media sosial yang kerap membuat masyarakat Tanah Air tersentak. Namun, kali ini berbeda.
Publik dibikin heboh oleh kabar penangkapan Politikus Partai Demokrat itu polisi, Minggu (3/3/2019) kemarin. Yang agak mengejutkan, Andi Arief, orang kepercayaan Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu, diamankan karena terjerat kasus narkoba.
Jika menengok kembali ke belakang, masyarakat mungkin masih ingat sepak terjang pria kelahiran Bandar Lampung, 20 November 1970 itu di pentas politik Indonesia. Terlahir dari pasangan Haji Arief Mahya dan Hajah Mas Amah, Arief mengahabiskan masa kecil dan remajanya (hingga tamat SMA) di kota kelahiranya.
Di pengujung dekade 1980-an, suami dari Defianty itu melanjutkan studi di Yogyakarta. Dia kuliah di Jurusan Ilmu Pemerintahan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada (Fisipol UGM).
Selama berstatus sebagai mahasiswa, Andi Arief bergelut di dunia aktivis. Di tercatat pernah menjabat ketua Senat Mahasiswa Fisipol UGM (1993-1994) dan pemimpin umum Majalah Mahasiswa Fisipol (1994-1995).
BACA JUGA: Politikus Demokrat Andi Arief Ditangkap karena Kasus Narkoba
Sementara, di luar kampus, Arief aktif di Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (SMID) Cabang Yogyakarta dan masuk dalam struktur Dewan Pengurus Persatuan Rakyat Demokratik yang kemudian berganti nama menjadi Partai Rakyat Demokratik (PRD). Aktivitasnya di SMID Yogyakarta membuat Andi Arief berkenalan dengan SBY yang ketika itu menjabat Komandan Resor Militer (Danrem) Pamungkas.
Pada 1996, Andi Arief menjabat ketua umum SMID. Dia pun menjadi salah satu incaran aparat lantaran aktivitas SMID dan PRD yang kerap membikin gerah penguasa Orde Baru. Pada masa itu, kedua organisasi tersebut memang terbilang gencar menggalang aksi unjuk rasa menolak rezim Soeharto.
Pada 28 Maret 1998, sekelompok orang tak dikenal menculik Andi Arief di sebuah ruko di Bandar Lampung. Namun, pada 14 Juli 1998 atau hampir dua bulan setelah kejatuhan Soeharto, dia akhirnya dibebaskan.
Di awal-awal Era Reformasi, nama Andi Arief tak banyak muncul ke publik. Akan tetapi, pada perhelatan Pemilu Presiden (Pilpres) 2004, dia turut ambil andil dalam memenangkan SBY dan Jusuf Kalla (JK) dengan menjadi relawan bagi pasangan capres-cawapres tersebut.
Sejak itu, SBY pun menaruh perhatian khusus dan kepercayaan kepada Andi Arief. Pada 2006, presiden keenam RI itu memberikan amanah kepada sang mantan aktivis untuk menempati posisi komisaris di PT Pos Indonesia.
BACA JUGA: Andi Arief Sudah Jalani Tes Urine, Positif Konsumsi Sabu
Pada 2009, ketika SBY menjadi kepala negara untuk kedua kalinya, Andi Arief dipercaya sebagai staf khusus presiden bidang bantuan sosial dan bencana. Jabatan itu dipegang Arief hingga berakhirnya periode pemerintahan SBY pada 2014.
Setelah tidak lagi menjadi bagian dari lingkaran istana, Arief tetap melanjutkan karier politiknya bersama SBY dengan berkecimpung sebagai wakil sekretaris jenderal Partai Demokrat sejak 2015. Jabatan tersebut seakan-akan kian menegaskan kedekatannya dengan SBY.
Namun sayang, karier politik Andi Arief tampaknya tak berakhir mulus. Tim NIC Dittipidnarkoba Bareskrim Polri menangkap mantan aktivis 98 itu karena kasus narkoba. Arief ditangkap di sebuah hotel yang berada di kawasan Slipi, Jakarta Barat, Minggu (3/3/2019).
Dalam penggerebekan tersebut, polisi menyita sejumlah barang bukti. Andi Arief kemudian ditahan untuk menjalani pemeriksaan intensif. Polisi juga melakukan tes urine. Hasilnya, polisi memastikan urine politikus Partai Demokrat itu positif mengandung metametamin atau narkoba jenis sabu.
“Kami melakukan tes urine dan positif mengandung metametamin atau narkoba jenis sabu,” kata Kadiv Humas Polri, Irjen Pol M Iqbal, di Jakarta, sore tadi.
Editor : Ahmad Islamy Jamil
https://ift.tt/2tXH8Hz
March 05, 2019 at 02:35AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Andi Arief: dari Aktivis, Jadi Orang Istana, hingga Terjerat Narkoba"
Post a Comment