Tiket Pesawat Mahal Akibat Garuda-Lion Berbarengan Kerek Harga

JAKARTA, iNews.id - Harga tiket pesawat yang tinggi mulanya dinilai akibat kenaikan harga bahan bakar avtur. Namun, sejak November lalu harga avtur terpantau terus mengalami penurunan.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda mengatakan, terdapat dugaan kartel harga tiket pesawat oleh pemegang pasar mayoritas. Saat ini, dominasi pasar penerbangan komersial masih dikuasai oleh Garuda Indonesia Group dan Lion Air Group dengan pangsa pasar 96 persen.

"Kalau soal avtur mah itu tidak ada pengaruhnya ke harga. Kalau saya sih menduga karena kartel," ujarnya saat ditemui iNews.id di ITS Tower, Jakarta, Selasa (26/3/2019).

Dia menduga maskapai yang menguasai pasar dengan mudah menaikkan harga tiket bersamaan. Selain itu, ada dugaan pengaturan jumlah tiket pesawat yang tersedia di pasar dengan mengintervensi agen penjualan tiket.

"Kita lihat juga pergerakan harganya mirip gitu sih. Kan tadinya pas Januari ketika Lion Air naik itu Garuda naik juga. Nah dugaan kartelnya tuh itu," kata dia.

Dugaan ini juga diperkuat dengan adanya akuisisi maskapai penerbangan oleh pemain besar. Hal ini dilakukan untuk mengurangi maskapai saingan yang mengganggu pasar perusahaan.

"Kita juga melihat kan Sriwijaya diakuisisi selang beberapa bulan langsung naik harganya. Padahal dulunya ketika Sriwijaya belum bergabung harga masih fine-fine saja kan," ucapnya.

Seperti diketahui, praktik kartel dilarang sesuai dengan Undang-Undang (UU) Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

Kenaikan tarif pesawat ini bahkan mendorong terjadinya inflasi. Bank Indonesia (BI) menyatakan, indeks harga konsumen (IHK) pada minggu pertama Maret 2019 mengalami inflasi 0,07 persen.

"Inflasi berdasarkan minggu pertama Maret diestimasikan inflasi mtm (bulanan) 0,07 persen. Kalau yoy (tahunan) 2,44 persen," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo di Jakarta, Jumat (8/3/2019).

Editor : Ranto Rajagukguk

Let's block ads! (Why?)