JAKARTA, iNews.id - Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) diperkirakan akan melemah dalam beberapa tahun mendatang berdasarkan survei Reuters. Dengan demikian, tidak ada harapan yang positif dari hasil negosiasi perdagangan antara AS dengan China.
Menurut jajak pendapat yang dilakukan Reuters, analis mengatakan meski hasil negosiasi AS-China memberikan hasil yang positif, kemungkinan tidak akan memberikan penguatan kepada greenback. Pada tahun lalu, penguatan dolar AS ditopang oleh pemotongan pajak yang diperjuangkan oleh Presiden Donald Trump.
Hal ini membuat pertumbuhan ekonomi AS di atas tren jangka panjangnya pada tahun itu. Namun, saat ini dengan ekonomi AS yang melambat, defisit fiskal yang melebar, dan bank sentral AS (The Fed) yang dovish dapat membatasi kekuatan dolar AS terhadap mata uang utama lainnya dibandingkan dengan 2018.
Dengan semua faktor tersebut, dolar sekarang diperkirakan akan membalikkan pelemahan pada tahun mendatang. "Seperti yang kami tunjukkan pada awal tahun ini, kami melihat dukungan siklus untuk dolar AS relatif kurang menguntungkan tahun ini daripada yang lalu. Itu menunjukkan kepada kita beberapa depresiasi dolar AS ke depan. Akhir dari penyusutan neraca akan memperkuat The Fed yang kurang aktif untuk menaikkan fed funds rate (FFR)," ujar Ahli Strategi Mata Uang Mitsubishi UFJ Financial Group (MUFG) Lee Hardman dikutip dari Reuters, Kamis (7/3/2019).
Dia melanjutkan, selain itu juga sudah ada bukti investor asing lebih enggan untuk berinvestasi dalam portofolio AS. Pihaknya melihat pengurangan minat ini merupakan konsekuensi dari dolar AS dan sebagian investor khawatir atas prospek defisit anggaran yang memburuk.
Berdasarkan survei Reuters, dolar AS saat ini masih disukai oleh para spekulan. Berdasarkan data Commodity Future Trading Commission, para pedagang telah mengambil posisi terbesar dari greenback sejak pertengahan Januari lalu.
Kendati demikian, dengan pertumbuhan ekonomi global yang melambat dan bank-bank sentral diperkirakan akan cenderung untuk memperluas kebijakan moneternya yang mudah. Maka setiap keuntungan untuk mata uang utama lainnya terhadap dolar AS akan terbatas.
Dolar diperkirakan akan melemah, dengan perkiraan euro di 1,19 dolar AS dalam setahun, lebih dari kenaikan 5 persen dari 1,13 dolar AS pada Rabu, menurut jajak pendapat lebih dari 70 ahli strategi mata uang yang diambil 28 Februari-6 Maret.
Setiap resolusi untuk sengketa perdagangan yang sedang berlangsung antara AS dan China juga tidak mungkin mengubah nasib dolar, menurut analis yang memberikan jawaban untuk pertanyaan terpisah.
Jika kedua negara mencapai kesepakatan perdagangan dalam bulan depan atau lebih, dolar diharapkan tidak membuat langkah signifikan, sementara dalam skenario tanpa kesepakatan, greenback diperkirakan akan naik sebesar 1 persen.
"Dolar AS harus terkoreksi jika ada perjanjian antara China dan AS karena pengurangan arus safe-haven. Namun demikian, pasar sudah menetapkan harga dalam probabilitas tinggi perjanjian. Jadi, depresiasi harus dibatasi," kata Roberto Cobo Garcia, ahli strategi FX di BBVA.
"Jika tidak ada kesepakatan, dolar setidaknya bisa diperdagangkan kembali ke tertinggi baru-baru ini. Dampak negatif dari skenario ini pada selera risiko global dan ekonomi China pasti akan mendukung aliran ke aset safe-haven," tuturnya.
Editor : Ranto Rajagukguk
https://ift.tt/2SP6iSD
March 08, 2019 at 04:01AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Survei: Dolar AS Diprediksi Melemah Selama Beberapa Tahun ke Depan"
Post a Comment