CHRISTCHURCH, iNews. id - Umat ??Muslim berdoa di masjid utama di Christchurch, Selandia Baru, Sabtu (23/3) untuk pertama kalinya sejak serangan brutal pada Jumat pekan lalu. Dibukanya kembali dua masjid yang menjadi lokasi serangan menjadi penanda bahwa Selandia Baru berusaha 'kembali normal' setelah tragedi tersebut.
Masjid Al Noor diambil alih oleh polisi untuk penyelidikan dan alasan keamanan setelah pria bersenjata penganut supremasi kulit putih, Brenton Tarrant, menyerang Muslim yang sedang berdoa di sana saat salat Jumat pada 15 Maret. Serangan itu menewaskan 50 orang.
Namun, Masjid Al Noor diserahkan kembali ke komunitas Muslim setempat pada Sabtu dan polisi mulai mengizinkan kelompok-kelompok kecil memasukinya pada tengah hari.
"Kami mengizinkan 15 orang pada satu waktu, hanya untuk merasakan normalitas," kata Saiyad Hassen, seorang sukarelawan di Al Noor, seperti dilaporkan AFP.
Di antara warga pertama masuk adalah Vohra Mohammad Huzef, yang selamat dalam penembakan.
Huzef, seorang insinyur sipil Christchurch yang berasal dari India, mengatakan dua teman sekamarnya terbunuh dan dia berhasil bertahan hidup hanya dengan bersembunyi di bawah tubuh.
"Saya bisa merasakan peluru mengenai orang-orang dan saya bisa merasakan darah turun dari orang-orang yang tertembak," katanya.
"Semua orang ingin kembali lagi untuk berdoa dan mengejar ketinggalan. Ini adalah poin utama dari komunitas kita."
Serangan itu mengejutkan negara berpenduduk 4,5 juta yang dikenal karena toleransinya dan memicu kengerian global, yang diperparah oleh streaming langsung yang disiarkan pembantai berdarah dingin bernama Brenton Tarrant.
Kemarin Selandia Baru menandai sepekan sejak pembantaian. Azan salat Jumat disiarkan di seluruh negeri diikuti dengan mengehingkan cipta selama dua menit untuk mengenang para korban.
Digelar pula upacara nasional sebagai bentuk dukungan untuk Muslim, warga suku Maori menampilkan tarian perang haka tradisional, dan perempuan Selandia Baru non-Muslim mengenakan jilbab sebagai tanda solidaritas.
Sehari sebelumnya, negara itu sah melarang senapan gaya militer yang digunakan dalam serangan.
Polisi mengkonfirmasi bahwa mereka juga sudah membuka kembali Masjid Linwood, lokasi kedua pembunuhan kedua yang berjarak dekat dari Masjid Al Noor.
Polisi bersenjata juga akan ditugaskan di kedua masjid, dan sekitar Selandia Baru.
Para pekerja bergegas memperbaiki dinding yang penuh peluru dan membersihkan lantai yang berlumuran darah di kedua masjid itu.
Di Al Noor, kelompok-kelompok kecil pengunjung melepas sepatu dan kaus kaki mereka dan mencuci kaki dan wajah saat wudhu sebelum menunaikan salat.
Beberapa Muslim menangis diam-diam saat mereka berjalan ke masjid, tampak sinar matahari yang cerah masuk melalui jendela dan bau cat baru tercium dari dalam masjid. Tidak ada lubang peluru yang terlihat di dalam.
Laki-laki dan perempuan kemudian berlutut untuk berdoa di atas karpet berwarna abu-abu yang ditempel di lantai. Pengunjung, termasuk imam masjid Gamal Fouda, tiba dengan bendera Selandia Baru.
Sekitar 2.000 orang berkumpul pada hari Sabtu di taman di depan masjid yang sama untuk bergabung dalam acara prosesi "March for Love".
Di tempat lain di kota itu aktivitas mulai kembali normal, anak-anak bermain kriket di dekat Al Noor dan lomba bersepeda 100 kilometer (62 mil) yang sebelumnya dijadwalkan berjalan sesuai rencana.
Editor : Nathania Riris Michico
https://ift.tt/2FlBLad
March 23, 2019 at 07:24PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Kembali ke Masjid Christchurch, Warga Muslim Selandia Baru Menangis"
Post a Comment