JAKARTA, iNews.id - Anjloknya kinerja impor Februari mengindikasikan adanya pelambatan kinerja di industri nasional. Pasalnya, penurunan impor ini terutama terjadi pada impor bahan baku penolong 21,11 persen.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Ahmad Heri Firdaus mengatakan, indikasi ini berdasarkan turunnya impor bahan baku. Pasalnya, industri dalam negeri masih sangat bergantung dengan bahan baku impor.
"Penurunan impor tersebut juga mengindikasikan adanya pelambatan ekonomi domestik karena impor bahan baku turun, artinya ada gejala pelambatan di industri," ujarnya saat dihubungi iNews.id, Sabtu (23/3/2019).
Selain impor bahan baku penolong, penurunan diikuti oleh penurnan impor barang konsumsi sebesar 17,43 persen secara bulanan sedangkan secara tahunan penurunan impor ini justru paling besar di antara sektor lainnya yaitu sebesar 26,94 persen sementara impor bahan baku penolong hanya turun 15,04 persen secara tahunan.
"Impor barang konsumsi juga turun, berarti dari sisi konsumsi masyarakatnya juga mengurangi permintaan impor," kata dia.
Kendati demikian, meski ada beberapa sektor industri yang diperkirakan tumbuh melambat tapi ada juga sektor industri yang pertumbuhannya cukup besar. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pertumbuhan industri manufaktur besar dan sedang selama 2018 naik sebesar 4,07 persen terhadap tahun 2017.
Kenaikan tersebut terutama disebabkan naiknya produksi industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki, naik 18,78 persen. Sedangkan industri yang mengalami penurunan produksi terbesar adalah industri komputer, barang elektronik dan optik, turun 15,06 persen.
Menurutnya, selagi pelambatan kinerja industri ini masih menjadi indikasi, pemerintah perlu melakukan upaya agar kinerja industri tidak turun. Misalnya dengan cara meningkatkan ekspor karena mayoritas barang ekspor Indonesia masih mengandung bahan baku impor.
"Yang harus dilakukan ya meningkatkan ekspor sebesar besarnya dengan memanfaatkan segala potensi yang ada saat ini
Optimalkan perluasan pasar ekspor, tingkatkan fungsi market intelegence utk mengidentifikasi kebutuhan pasar ekspor, informasi selera konsumen di global, informasi jaringan distributor dan informasi hambatan perdagangan di negara tujuan," ucapnya.
Pasalnya, seiring dengan penurunan impor pada Februari lalu juga terjadi penurunan kinerja ekspor 11,33 persen secara tahunan. Namun, penurunan ini justru menyebabkan neraca perdagangan Indonesia periode Februari 2019 mengalami surplus 0,33 miliar dolar AS.
"Surplus pada Februari lalu adalah surplus yang tidak sehat, karena bukan ditopang oleh peningkatan ekspor (melainkan karena penurunan impor yang tajam). Jadi belum mencerminkan perbaikan kinerja perdagangan internasional," tuturnya.
Editor : Ranto Rajagukguk
https://ift.tt/2OlalFD
March 24, 2019 at 05:01AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Indef: Penurunan Impor Mengindikasikan Perlambatan Kinerja Industri"
Post a Comment