Search

Salut, Profesor Teknologi Ini Masih Mengajar meski Berusia 100 Tahun

TIANJIN, iNews.id - Usia tak menghalangi pria China bernama Yang Enze untuk menularkan ilmunya. Profesor di Universitas Tianjin itu masih setia mengajar meski usianya sudah menembus 1 abad.

Dia bolak-balik ke laboratorium setiap hari dan membimbing mahasiswa dalam mengerjakan proyek penelitian.

Sebagai salah satu pendiri teknologi komunikasi optik di China, Yang tidak pernah mundur dari garis terdepan penelitian ilmiah. Dia terus memperbarui informasi dengan membaca artikel berbahasa Inggris tentang kecerdasan buatan (AI).

Pada 1970-an, Yang merupakan kepala insinyur sistem komunikasi kabel serat optik yang dibangun di Wuchang dan Hankou, Provinsi Hubei. Itu merupakan proyek kabel optik pertama China yang disetujui oleh pemerintah.

"Sistem ini diusulkan oleh mantan Kementerian Pos dan Telekomunikasi pada 1978 ketika tidak ada penelitian sebelumnya di bidang ini di dalam negeri," kata Yang, dikutip dari Xinhua, Selasa (26/3/2019).

Sistem yang  mencakup jarak 13,6 kilometer, terdiri dari tiga serat optik yang disatukan oleh splicer. Butuh 3 hari bagi Yang dan para ahli lainnya untuk mengendalikan hilangnya sinyal.

Pada percobaan awal, tiga serat optik itu hanya bisa mencapai jarak 5,5 km, atau kurang 1 km dari target.

"Kami bekerja sepanjang musim panas di lab. Saat itu sedang panas terik di Wuhan, saya terus bekerja, bahkan hampir tidak ada waktu untuk sekadar mengelap keringat," kata Yang.

Proyek ini mulai beroperasi pada akhir 1982, diikuti oleh pembentukan sistem komunikasi optik di banyak kota lain.

Industri komunikasi optik China melihat perkembangan pesat.

Yang diterima di Universitas Wuhan pada 1937 saat Jepang menabrak Jembatan Lugou yang juga dikenal dengan Jembatan Marco Polo pada 7 Juli. Peristiwa itu menandai dimulainya perang Jepang-China selama Perang Dunia II.

Karena perang berkecamuk itulah kampus dipindah ke Provinsi Sichuan pada tahun berikutnya, sebelum Wuhan jatuh ke tangan Jepang

"Ada banyak bom, tetapi mahasiswa tidak akan meninggalkan kelas jika tidak ada suara sirine serangan udara," ujarnya.

Pada saat itu, dia punya keyakinannya bahwa suatu negara membutuhkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk bisa bangkit. Yang membangun laboratorium komunikasi optik pertama di Tianjin setelah diundang mengajar di kampus itu pada 1985.

Sejak itu, di bawah pengawasannya, delapan proyek penelitian teknologi tinggi telah dilakukan, dan lebih dari 10 makalah telah diterbitkan di jurnal akademik top China.

Meski punya peran besar dalam membangun teknologi komunikasi China, Yang hidup sederhana. Bahkan dia menyumbang sekitar 500.000 yuan untuk mahasiswa yang membutuhkan dana pendidikan.

Soal rahasia panjang umur, dia menyebut olahraga dan kerja keras merupakan rahasianya. Dia mulai belajar keterampilan komputer di usia 60 tahun dan masih bermain tenis sampai usia 93 tahun.

"Saya sangat menikmati penelitian. Untuk dapat bekerja satu hari lagi, melakukan sesuatu untuk orang-orang, itu adalah makna terbesar dalam hidup saya," tutur Yang.

Editor : Anton Suhartono

Let's block ads! (Why?)



https://ift.tt/2WpdOWs
March 27, 2019 at 01:04PM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Salut, Profesor Teknologi Ini Masih Mengajar meski Berusia 100 Tahun"

Post a Comment

Powered by Blogger.