JAKARTA, iNews.id - Perkembangan teknologi yang cepat berdampak signifikan terhadap tingkat penetrasi masyarakat Indonesia dalam mengakses jasa keuangan lewat digital. Pada 2017, tingkat penetrasi jasa keuangan digital mencapai 57 persen.
Berdasarkan riset yang dilakukan oleh McKinsey & Company, penetrasi jasa keuangan digital di Indonesia masih didominasi oleh perbankan. Sementara jasa layanan keuangan nonbank seperti teknologi finansial (fintech) masih 5 persen.
Partner McKinsey Indonesia Guillagume de Gantes menilai, Indonesia tergolong negara dengan penetrasi digital yang sangat cepat di dunia. Hal tersebut tidak terlepas dari penggunaan ponsel pintar yang masif.
Pada 2014, penetrasi jasa keuangan digital Indonesia masih 36 persen. Artinya, penetrasi tersebut naik 1,6 kali lipat dalam tiga tahun. Perkembangan ini tercepat dari 17 negara yang disurvei McKinsey. Sampel penelitian tersebut mencapai 900 responden.
"Kita sebenarnya bergerak paling cepat di antara negara-negara Asia di seluruh kategori, baik internet banking, smartphones, dan digital secara keseluruhan," kata de Gantes di Wisma GBKI, Jakarta, Senin (11/2/2019).
Berdasarkan riset itu, jumlah penduduk Indonesia yang memakai smartphone mencapai 124 juta, terbesar ketiga di Asia Pasifik setelah China dan India. Sementara jumlah pengguna internet mencapai 133 juta atau 51 persen dari total populasi.
Meski cepat, de Gantes menilai skor Indonesia masih cukup rendah yakni 36 dari skala 100. Hal ini karena ekosistem ekonomi digital Indonesia masih belum matang seperti Singapura dan Korea Selatan. Salah satu indikasinya terlihat dari penetrasi jasa keuangan nonbank seperti fintech yang masih sangat rendah.
Hanya 5 persen masyarakat Indonesia yang mengakses layanan fintech. Posisi Indonesia berada di urutan paling bawah. Bahkan, kalah dari Myanmar (6 persen) dan Thailand (10 persen).
Sementara penetrasi fintech di negara-negara lain lebih tinggi seperti Malaysia (15 persen), Vietnam (16 persen), Australia (17 persen), Filipina (23 persen), Jepang dan India (39 persen), Taiwan (41 persen), Singapura (48 persen), Korea Selatan (53 persen), Selandia Baru (54 persen), dan Hong Kong (57 persen).
Menurut de Gantes, rendahnya penetrasi fintech karena masyarakat Indonesia masih nyaman menggunakan uang tunai. Untuk itu, butuh waktu beberapa tahun bagi Indonesia untuk mencapai dua digit.
Editor : Rahmat Fiansyah
http://bit.ly/2WWA0s4
February 12, 2019 at 04:50AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Penetrasi Jasa Keuangan Digital RI Naik Pesat, Fintech Baru 5 Persen"
Post a Comment