
JAKARTA, iNews.id - Institute for Development of Economic and Finance (Indef) memprediksi, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal IV-2018 turun menjadi 5,13-5,16 persen dibanding triwulan sebelumnya 5,17 persen. Dengan demikian, sepanjang tahun 2018, pertumbuhan ekonomi diperkirakan hanya menyentuh 5,15 persen.
Ekonom Indef Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, penurunan pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2018 diakibatkan melambatnya investasi nasional. Pasalnya, investor kini bersikap wait and see cenderung menunggu sampai pemilihan presiden (Pilpres) usai.
"Komponen investasi cenderung melambat seiring gejolak perekonomian global, dan jelang Pilpres 2019 investor menahan diri masuk ke Indonesia," ujar Bhima saat dihubungi iNews.id, Senin (4/2/2019).
Sementara itu, ekspor sepanjang kuartal IV-2018 dinilai tidak banyak bisa membantu pertumbuhan ekonomi. Hal ini disebabkan anjloknya harga komoditas energi dan pertambangan pada akhir tahun.
"Ekspor ke negara tujuan utama terkena perlambatan ekonomi global serta naiknya impor migas pada Oktober-Desember," kata Bhima.
Ia kemudian melihat, pertumbuhan ekonomi nasional sepanjang 2018 dihadapi tantangan komponen ekspor yang melemah akibat efek perang dagang, penurunan harga komoditas perkebunan, dan tingginya impor Bahan Bakar Minyak (BBM). "Kinerja investasi pun sulit untuk diandalkan karena data realisasi investasi hanya tumbuh 4,1 persen yoy sepanjang 2018," ujar Bhima.
Lebih lanjut Bhima memaparkan, meski tak sesuai ekspektasi, ekonomi diperkirakan masih tumbuh moderat di level 5,15 persen. Pertumbuhan ini ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang naik di kisaran 5 persen.
Bhima juga mengatakan, belanja pemerintah juga turut andil dalam mengerek pertumbuhan ekonomi nasional tahun lalu. Meski belanja tersebut diperoleh pemerintah melalui utang, namun jumlahnya masih cukup aman karena hanya 9,5-10 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).
"Belanja infrastruktur, belanja sosial PKH, dana desa serta belanja persiapan Pemilu masih diharapkan support pertumbuhan ekonomi," tuturnya.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sebelumnya memperkirakan, pertumbuhan ekonomi pada 2018 masih lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Dia memprediksi ekonomi Indonesia tumbuh di kisaran 5,15 persen.
"Perekonomian nasional tahun 2018 diperkirakan dapat tumbuh sekitar 5,15 persen, lebih tinggi dibanding tahun 2017 yang tumbuh 5,07 persen,” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dikutip dari laman Sekretariat Kabinet, Kamis (3/1/2019).
Editor : Ranto Rajagukguk
http://bit.ly/2TwhggW
February 05, 2019 at 06:01AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Tertolong Konsumsi, Ekonomi 2018 Diprediksi Tumbuh 5,15 Persen"
Post a Comment