Search

Jelang 22 Mei, Elite Politik Diminta Berikan Kesejukan Berdemokrasi

JAKARTA, iNews.id, - Sejumlah aktivis yang tergabung dalam Gerakan Satu Bangsa mengajak para aktor dan tokoh politik untuk dapat memberikan kesejukan dalam berdemokrasi. Mereka juga diharapkan menjadi contoh kedewasaan berpolitik dengan jiwa kesatria.

Teladan itu penting terutama untuk menyikapi suhu politik menjelang pengumuman hasil rekapitulasi penghitungan suara manual berjenjang, dan penetapan pasangan calon presiden dan wakil presiden serta caleg terpilih pada 22 Mei 2019 oleh KPU, yang terasa panas. Elite politik menjadi kunci untuk menciptakan persatuan dan kedamaian.

"Jika nanti konflik politik ini mengarah pada benturan di tingkatan akar rumput hingga berdampak pada gesekan bahkan aksi-aksi kekerasan, maka para aktor dan tokoh politik inilah yang harus bertanggung jawab," tutur Inisiator Gerakan Satu Bangsa Stefanus Asat Gusma dalam diskusi bertajuk "NKRI dan Pancasila vs Ancaman Makar dan Ancaman Terorisme" di kawasan Senayan, Jakarta Pusat, Minggu (19/5/2015).

Menurut Stefanus, seharusnya elite politik tidak gampang membangun narasi yang mendelegitimasi KPU, Bawaslu, dan Mahkamah Konstitusi (MK). Sebab, KPU merupakan lembaga yang dibentuk atas perintah undang-undang (UU) untuk menyelenggarakan Pemilu.

Karena itu, apapun yang nantinya diputuskan oleh KPU seharusnya dihormati dan diterima oleh semua pihak. Apabila kemudian ada temuan telah terjadi kecurangan, ada aturan hukum yang menunjuk Bawaslu dan MK untuk menindak atau menyelesaikan sengketa hasil pemilu.

Stefanus mengingatkan, tuduhan kecurangan yang diikuti dengan konsolidasi tokoh dan aktor politik dengan sengaja dan terbuka menciptakan situasi politik nasional yang semakin keruh dengan ungkapan dan ajakan melakukan “makar” “people power” dan “revolusi” telah menciptakan situasi yang mencekam bagi rakyat.

"Perbedaan pilihan politik yang semestinya sudah selesai dalam pemilu, kini ditarik menjadi lebih panjang untuk mendelegitimasi hasil pemilu dalam proses penghitungan yang sedang berjalan," kata dia.

Situasi dan narasi yang dibangun oleh para aktor dan tokoh politik tersebut semestinya tidak perlu terjadi. Dalam berkompetisi para pihak yang mau ikut berkompetisi harus siap menang dan siap kalah.

Menerima dan mengakui kekalahan, kata dia, bukanlah hal yang memalukan. Sebaliknya, justru menunjukkan kedewasaan atau kematangan serta jiwa kesatria yang memberi rasa hormat oleh seluruh rakyat serta pihak yang menang terhadap yang kalah.

”Sikap yang tidak mau menerima kekalahan, apalagi menuntut wajib dimenangkan, malah hanya menunjukkan kekerdilan jiwa dan mempermalukan diri sendiri," ucapnya.

Stefanus menekankan, cerakan penggalangan massa untuk mendelegitimasi KPU, Bawaslu, dan MK serta menolak hasil pemilu tidak boleh dipandang sebagai gerakan menegakkan demokrasi rakyat, tapi lebih merupakan gerakan politik syahwat kekuasaan yang merongrong kewibawaan negara dan mengancam eksistensi NKRI sebagai negara hukum.

Atas dasar itu, Gerakan Satu Bangsa mengeluarkan pernyataan sikap:

1. Mengimbau TNI dan Polri untuk mengamankan proses pengumuman dan penetapan hasil Pemilu oleh KPU secara profesional demi menjaga stabilitas keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat.

2. Mendesak TNI dan Polri untuk menindak tegas setiap aksi yang merongrong kewibawaan negara serta mencancam eksistensi NKRI sebagai negara hukum.

3. Mengimbau masyarakat agar tidak terpengaruh dengan ajakan dan hasutan untuk melakukan aksi massa yang berisiko akan dimanfaatkan kelompok dan jaringan teroris untuk melaksanakan aksinya.

4. Mengimbau kepada para aktor dan tokoh politik untuk tunduk dan taat kepada hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan segera menghentikan upaya memprovokasi atau menggalang opini dan gerakan massa untuk memuaskan syahwat poltik kekuasannya, dengan membenturkan rakyat dengan aparat negara yang bukan tidak mungkin akan memakan korban dari kedua belah pihak.

Editor : Zen Teguh

Let's block ads! (Why?)



http://bit.ly/2HC5ih7
May 19, 2019 at 09:49PM

Bagikan Berita Ini

Related Posts :

0 Response to "Jelang 22 Mei, Elite Politik Diminta Berikan Kesejukan Berdemokrasi"

Post a Comment

Powered by Blogger.