Gadis Muslimah Rohingya Diperkosa 3 Tentara di Kamp Pengungsi Bangladesh

DHAKA, iNews.id - Penderitaan muslim Rohingya ternyata belum selesai meskipun mereka sudah tak berada di bawah bayang-bayang militer Myanmar. Di pengungsian Bangladesh pun mereka masih mengalami kekerasan.

Otoritas militer Bangladesh menyelidiki terkait laporan adanya remaja perempuan Rohingya berusia 12 tahun yang diperkosa oleh tiga tentara di kamp pengungsian.

Kakak korban, Mohammad Osman, mengatakan, tiga tentara memasuki kamp pengungsian Rohingya di Nayapara pada Minggu (29/9/2019) malam dan memerkosa adiknya.

“Dia diperkosa dalam kondisi mulutnya dibekap oleh pelaku lainnya,” kata Osman, dikutip dari AFP, Sabtu (5/10/2019).

Sementara itu pejabat Angkatan Darat Bangladesh Abdullah bin Zaid tak memberikan banyak komentar, petugasnya masih menyelidiki kejadian ini.

Di samping pembantaian terhadap muslim Rohingya di Myanmar, tingginya kasus pemerkosaan juga menjadi sorotan organisasi hak asasi manusia (HAM) Human Rights Watch (HRW).

Organisasi independen yang berbasis di Amerika Serikat (AS) itu menyebut banyak perempuan Rohingya, baik anak-anak maupun dewasa, yang diperkosa secara massal di Rakhine sejak 25 Agustus 2017.

Berdasarkan laporan dari hasil wawancara terhadap puluhan korban pemerkosaan, lembaga-lembaga bantuan, serta pejabat otoritas kesehatan Bangladesh, pemerkosaan secara bergilir jelas-jelas dilakukan oleh militer Myanmar.

"Pemerkosaan merupakan salah satu cara yang menonjol dilakukan militer Burma dalam upaya pembersihan etnis Rohingya. Tindakan brutal dan kekerasan militer Burma terhadap perempuan dewasa dan anak-anak menyebabkan luka dan trauma mendalam,” kata Sky Wheeler, peneliti HRW.

HRW melaporkan, dari 29 korban pemerkosaan yang diwawancara, hanya satu orang yang diperkosa oleh dua sampai empat pasukan Myanmar. Pada delapan kasus, korban diperkosa oleh lima atau lebih tentara Myanmar.

Tidak hanya itu, sebelum diperkosa, para korban terlebih dulu harus menyaksikan anak-anak, pasangan, atau orangtua mereka dibunuh.

Editor : Anton Suhartono

Let's block ads! (Why?)