Pakar: Roket Terbaru Korut Bisa Jangkau Seoul, Tak Bisa Dirontokkan Rudal AS

SEOUL, iNews.id - Roket-roket yang diuji coba Korea Utara (Korut) pada Sabtu pekan lalu diyakini para analis bisa menjangkau wilayah terdalam Korea Selatan (Korsel), termasuk ibu kota Seoul.

Roket diluncurkan hingga menjangkau lapisan stratosfer yang jika diterbangkan secara horizontal bisa menjangkau jarak ratusan kilometer.

Meski demikian, Korsel menganggap roket-roket berdaya jangkau pendek itu tak membahayakan keamanan negara.

Kepala Staf Gabungan Korsel Kim Joon Rak mengatakan, beberapa roket ditembakkan pada pukul 09.06 hingga 10.55 waktu Korut dengan ketinggian antara 20 sampai 60 km. Roket itu, lanjut Joon Rak, bisa menjelajah secara vertikal antara 70 sampai 240 km.

Jangkauan itu berarti roket-roket Korut bisa menjangkau wilayah yang membentang dari Seoul hingga ke pusat kota Daejeon. Apalagi, para analis yakin satu di antara roket yang diuji merupakan rudal balistik.

AS maupun Korsel terkesan ingin menghindari konflik dengan tak membenarkan Korut telah menembakkan rudal balistik. Apabila benar terjadi maka Korut telah melanggar perjanjian internasional.

Kim Ki Ho, seorang profesor pertahanan di Universitas Kyonggi, Seoul, mengatakan, pengujian senjata ini bisa saja merupakan upaya Korut untuk menyiasati rudal pencegat AS.

AS mengoperasikan sistem pertahanan udara Terminal High Altitude Area Defence atau biasa disebut Thaad di kawasan itu. Sistem pertahanan ini dapat mencegat rudal yang terbang di ketinggian 40 km atau lebih. Sementara rudal yang terbang di bawahnya bisa dicegat dengan Patriot.

Roket-roket Korut ini, lanjut Ki Ho, masih terlalu rendah untuk dicegat oleh Thaad, namun di sisi lain tak bisa dirontokkan oleh Patriot karena kalah cepat.

"Senjata pemandu taktis terbaru bisa melumpuhkan sistem AS," ujarnya, dikutip dari Bloomberg, Selasa (7/5/2019).

Sementara itu Kementerian Pertahanan Korsel menyatakan sedang melakukan tinjauan komprehensif untuk mencermati uji coba persenjataan taktis Korut terbaru.

Editor : Anton Suhartono

Let's block ads! (Why?)