Jaga Keamanan Muslim saat Ramadan, Polisi Jaga Seluruh Masjid di Selandia Baru

JAKARTA, iNews.id - Kepolisian Selandia Baru masih menjaga masjid-masjid di penjuru negeri pascapenembakan di Christchurch yang menewaskan 51 orang.

Duta Besar Republik Indonesia untuk Selandia Baru Tantowi Yahya mengatakan, polisi-polisi ditugaskan memberikan rasa aman kepada umat Islam yang beribadah, terutama pada Ramadan, di mana jumlah muslim yang mendatangi masjid bertambah.

"Tetapi cara mereka menjaga juga tidak berlebihan. Jangankan di kota-kota lain, di Christchurch pun, tempat teror pernah terjadi, kehadiran polisi tidak terlalu terlihat, tetapi kota itu well guarded," kata Tantowi, di Jakarta, Selasa (7/5/2019).

Menurut Tantowi, dunia perlu belajar dari Selandia Baru dalam penanganan krisis yang begitu besar dan tidak diperkirakan sebelumnya.

Warga Selandia Baru, lanjut Tantowi, yang dikenal sangat toleran dan damai, tidak pernah membayangkan serangan terhadap umat agama tertentu.

"Tetapi nyatanya mereka bisa menangani krisis dengan baik. Kurang dari satu minggu segala sesuatu di Christchurch bisa saya sebut kembali normal. Masyarakat sudah bekerja dan beraktivitas kembali, rasa takut itu tidak ada," kata Tantowi.

Dia melanjutkan, Perdana Menteri Jacinda Ardern menginginkan agar masyarakat negaranya bersatu menghadapi krisis tanpa rasa takut.

"Seluruh umat beragama di Selandia Baru bersatu padu membela umat Islam, dan teror tersebut justru menjadi momentum untuk memperkuat kerukunan umat beragama," tutur Tantowi.

Selain itu, Pemerintah Selandia Baru tidak memberikan ruang publikasi bagi pelaku teror dengan tidak menyebut nama pria asal Australia tersebut. Kebijakan ini juga diikuti oleh media Selandia Baru.

"Itu dua hal yang menurut saya sangat-sangat brilian dalam konteks penanganan tindakan terorisme. Padahal negara ini tidak pernah dites oleh hal-hal seperti ini," ujarnya.

Penembakan di dua masjid di Christchurch pada 15 Maret 2019 menewaskan 51 orang, termasuk seorang WNI yang telah lama menetap di Selandia Baru.

Editor : Anton Suhartono

Let's block ads! (Why?)