
JAKARTA, iNews.id - Neraca perdagangan pada April 2019 mengalami defisit hingga 2,5 miliar dolar AS. Tingginya defisit tersebut dinilai sebagai tanda bahwa produktivitas industri bermasalah.
Ekonom Universitas Indonesia (UI), Fithra Faisal mengakui, neraca dagang yang tekor bulan lalu bukan hanya disebabkan faktor eksternal. Namun, hal itu justru lebih banyak mengindikasikan buruknya performa industri domestik.
"Global punya peranan tetapi kondisi domestik lebih berperan. Faktor eksternal berperan tetapi tidak sebesar kondisi domestik yang minim produktivitas. Ada faktor deindustrialisasi di situ," ujar Fithra saat dihubungi, Minggu (19/5/2019).
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kinerja ekspor pada April 2019 hanya 12,6 miliar dolar AS, anjlok 13,10 persen dari bulan yang sama tahun lalu. Penurunan disebabkan oleh penurunan harga batu bara meski volume ekspor komoditas mentah tersebut meningkat.
Defisit pada April 2019 disumbang oleh defisit migas 1,49 miliar dolar AS. Neraca nonmigas yang biasanya surplus juga defisit 1 miliar dolar AS.
Selain itu, Fithra juga menyoroti efektivitas pengendalian impor melalui kebijakan B20 sejauh ini. Pasalnya, defisit migas masih terus terjadi. Dia meminta pemerintah mengevaluasi kebijakan tersebut.
"Ini tidak signifikan menurunkan defisit neraca migas," ujar dia.
Editor : Rahmat Fiansyah
http://bit.ly/30wIsjI
May 19, 2019 at 08:35PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Neraca Dagang Tekor Besar, Produktivitas Industri Bermasalah"
Post a Comment