Search

Bank Mandiri Prediksi BI Akan Turunkan Suku Bunga Acuan pada Akhir Tahun

JAKARTA, iNews.id - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) melihat adanya peluang penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) sebanyak satu kali sebesar 25 basis poins (bps) menjadi 5,75 persen pada akhir 2019.

Suku bunga acuan BI sejak November 2018 berada di level 6 persen. Hal ini sejalan dengan upaya memperkuat stabilitas eksternal perekonomian Indonesia.

"Ada peluang bagi BI menurunkan suku bunga acuannya di akhir tahun sebanyak 25 bps," ujar Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro saat media gathering di Plaza Mandiri, Jakarta, Rabu (15/5/2019).

Menurut dia, perkiraan tersebut berdasarkan dari beberapa faktor penentu arah kebijkaan suku bunga BI, yaitu tingkat inflasi, pergerakan suku bunga acuan the Fed, dan posisi neraca pembayaran.

"Tapi dengan catatan. Pertama, pressure rupiah sudah ringan dan CAD sudah bisa dilihat dengan inflow sudah turun. Dengan faktor tersebut 2019 ada potensi di akhir tahun 25 bps," ucapnya.

Untuk inflasi, hingga April 2019 tingkat inflasi masih sangat stabil dan terjaga. Kemudian, pergerakan suku bunga The Fed juga telah memberikan sinyal positif. Hasil pertemuan FOMC Maret 2019 lalu telah mengindikasikan bahwa the Fed tidak akan menaikkan suku bunga acuannya (fed funds rate/FFR) di tahun ini.

Arah kebijakan the Fed yang lebih dovish tersebut memberikan dampak positif bagi pasar keuangan global. Hal ini terlihat dari aliran modal asing yang telah kembali masuk ke negara-negara emerging market, termasuk Indonesia.

Faktor terakhir juga mendukung ruang pemangkasan suku bunga acuan BI pada tahun ini. Defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) dilaporkan telah menyusut dari 3,59 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) pada kuartal IV 2018 menjadi 2,6 persen terhadap PDB pada kuartal I 2019.

"Seiring dengan terus membaiknya neraca perdagangan barang, kami memperkirakan CAD akan berkurang menjadi pada kisaran 2,6 persen terhadap PDB pada full year 2019," kata dia.

Sementara itu, terkait dengan nilai tukar, pada 14 Mei lalu kurs rupiah melemah menjadi Rp14.438 per dolar AS. Hal ini disebabkan pada faktor musiman pembayaran dividen dan bunga utang luar negeri pada kuartal II, peningkatan impor barang konsumsi menjelang bulan Ramadan dan meningkatnya tensi perang dagang antara AS dan China.

Perang dagang tersebut yang menyebabkan terjadinya arus modal keluar ke instrumen investasi safe haven. Hal ini ditandai dengan menurunnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) serta meningkatnya imbal hasil surat berharga negara (SBN) bertenor 10 tahun.

IHSG pada penutupan 14 Mei 2019 ditutup melemah sebesar 1,1 persen menjadi 6.071 atau turun 6 persen secara month to date dan turun 2 persen secara year to date. Sementara, imbal hasil SBN bertenor 10 tahun naik sebesar 1,2 bps menjadi 8,05 persen atau naik 22,5 bps mtd dan naik 2,8 bps ytd.

"Menurut kami volatilitas nilai tukar tersebut hanya bersifat sementara dan kami memprediksi pada akhir tahun ini nilai tukar rupiah akan berada pada kisaran Rp14.248 per dolar as," tuturnya.

Editor : Ranto Rajagukguk

Let's block ads! (Why?)



http://bit.ly/2Q3HgiV
May 16, 2019 at 02:02AM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Bank Mandiri Prediksi BI Akan Turunkan Suku Bunga Acuan pada Akhir Tahun"

Post a Comment

Powered by Blogger.