Militer Thailand Akui Bersalah Tembak Mati 3 Muslim yang Sedang Cari Makan di Hutan

BANGKOK, iNews.id - Militer Thailand mengaku salah dan menyatakan penyesalan telah menembak mati tiga pria muslim yang sedang mencari makan di hutan pekan ini. Militer berjanji menyelidiki kasus ini.

Ini merupakan pengakuan yang sangat jarang dilakukan oleh militer Thailand di wilayah yang dilanda pemberontakan sejak belasan tahun lalu itu.

Pada Senin (16/12/2019), pasukan keamanan membunuh tiga pria muslim berusia antara 24 dan 27 tahun di hutan Provinsi Narathiwat karena menduga mereka kelompok militan.

Komandan militer yang mengawasi tiga provinsi di Thailand selatan, Pornsak Poolsawat, meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan para petugas sehingga berujung pada penembakan.

"Ketiga orang yang ditembak mati merupakan penduduk desa, bukan militan," kata Pornsak, seperti dikutip dari AFP, Kamis (19/12/2019).

Tiga orang yang ditembak itu, kata Pornsak, sedang mencari bahan makanan di hutan. Dia pun bersumpah akan menggelar penyelidikan untuk menentukan apakah ada unsur kesengajaan dari tentara di lokasi saat melepaskan tembakan atau tidak.

Jenazah ketiga korban dievakuasi keesokan harinya ke desa terdekat.

Militer kerap terlibat pertempuran secara tiba-tiba dengan militan selama 15 tahun terakhir. Kelompok muslim memperjuangkan pemberlakuan otonomi lebih luas.

Lebih dari 7.000 orang tewas, mayoritas warga pemeluk Islam dan Budha dalam konflik ini.

Para kritikus menilai adanya impunitas bagi tentara yang bertugas di Thailand selatan membuat mereka kebal dari hukum meskipun melakukan pelanggaran. Sejauh ini tidak ada personel militer yang dituntut atas tuduhan pelanggaran.

Peristiwa ini terjadi beberapa bulan sejak kematian Abdulloh Esormusor. Dia meninggal setelah dianiaya selama proses interogasi di pusat penahanan Thailand.

Para muslim yang dituduh bergabung dengan kelompok militan diciduk lalu diinterogasi di bawah undang-undang darurat. Mereka dibawa ke pusat-pusat penahanan yang disebut oleh beberapa organisasi HAM telah terjadi penyiksaan di sana.

Editor : Anton Suhartono

Let's block ads! (Why?)