
JAKARTA, iNews.id - Masyarakat Indonesia beberapa jam lagi akan menyaksikan fenomena alam langka berupa gerhana matahari cincin (GMC), Kamis (26/12/2019) siang ini.
GMC di Indonesia dimulai di Sabang, Aceh, sekitar pukul 10.03 WIB. Sedangkan di Merauke, Papua, menjadi yang terakhir melihat dimulainya GMC, sekitar pukul 14.37 WIT.
Ada tujuh provinsi di Indonesia yang dilewati jalur GMC yakni, Aceh, Sumatra Utara (Sumut), Riau, Kepulauan Riau (Kepri), Kalimantan Barat (Kalbar), Kalimantan Utara (Kaltara) dan Kalimantan Timur (Kaltim).
Puncak gerhana paling awal adalah kota Sabang, sekitar pukul 11.49 WIB. Kota yang akan mengalami waktu puncak paling akhir adalah Jayapura, yaitu pukul 15.51 WIT.
Gerhana matahari adalah peristiwa terhalangnya cahaya matahari oleh bulan, sehingga tidak semua cahayanya sampai ke Bumi. Fenomena ini merupakan salah satu akibat dari dinamisnya pergerakan matahari, bumi, dan bulan. Kerap terjadi pada saat fase bulan baru.
"Dan dari sebagian tanda-tanda-Nya adalah adanya malam dan siang serta adanya matahari dan bulan. Janganla kamu sujud kepada matahari atau bulan tetapi sujudlah kepada Allah Yang Menciptakan keduanya. (QS. Fushshilat : 37)
Terkait fenomena alam itu, Kementerian Agama (Kemenag) melalui Ditjen Bimas Islam mengimbau umat Islam agar melakukan shalat sunnah gerhana matahari secara berjamaah.
Sesuai tuntunan Nabi Muhammad SAW, umat Islam sangat dianjurkan (sunah muakkadah) untuk melakukan salat gerhana.
Dalam hadits yang diriwayatkan ‘Aisyah seperti dikutip dari islami.co, disebutkan bahwa ketika terjadi gerhana matahari Rasulullah melakukan shalat berjamaah bersama para sahabatnya.
Aisyah mengatakan: "Pernah terjadi gerhana matahari pada masa Rasul, beliau kemudian pergi ke masjid mengerjakan shalat, dan di belakang beliau orang-orang membuat shaf (menjadi makmum),” (HR Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat Aisyah itu juga disebutkan Rasul mengerjakan shalat gerhana dua rakaat, tiap rakaat ada dua kali ruku’.
Praktik ini sebagaimana yang dilakukan banyak orang saat ini. Setelah Rasulullah shalat, beliau langsung berdiri dan menyampaikan isi khutbah di hadapan para sahabatnya. Dalam khutbah tersebut, Rasulullah bersabda:
"Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal tersebut maka berdo’alah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan bersedekahlah.” (HR. Bukhari no. 1044).
Dalam khutbah tersebut, Rasulullah SAW menegaskan bahwa gerhana bulan dan gerhana bulan tidak berkaitan dengan kematian dan kelahiran seseorang. Gerhana terjadi karena kekuasaan Allah SWT.
Rasul menyampaikan hal itu sebagai koreksi atas keyakinan masyarakat Arab pra-Islam yang memahami gerhana sebagai tanda dari kematian dan kelahiran.
Kebetulan ketika terjadi gerhana saat itu, anak Rasulullah, Ibrahim meninggal dunia. Ibrahim putra Rasulullah dari Marya Qibtiyyah. Dengan adanya khutbah tersebut, Rasul ingin menegaskan bahwa gerhana tidak ada kaitannya dengan kematian putranya atau siapa saja.
Selain melaksanakan shalat Kusuf, kaum Muslimin juga disunnahkan apabila datang gerhana untuk memperbanyak amalan ibadah di antaranya berdoa, zikir, takbir dan sedekah.
Apabila kamu menyaksikannya maka berdoalah kepada Allah, bertakbir, shalat dan bersedekah. (HR. Bukhari dan Muslim).
Imam Ibnu Hajar dalam Fathul Bari, menjelaskan bahwa pelaksanaan hadis tersebut adalah sebagaimana hadis. "Berdzikirlah, bertakbirlah, bertasbihlah, dan bertahlillah.”
Berikut bacaan doa dan zikir yang perlu dibaca berulang-ulang sampai habisnya gerhana.
Subhanallah, walhamdulillah, wa laa ilaaha illallaahu Allahu Akbar.
Artinya : “Maha suci Allah. Segala puji bagi Allah. Tiada Tuhan, melainkan Allah. Allahlah Yang Maha Besar.”
Editor : Kastolani Marzuki
https://ift.tt/2sk9nTq
December 26, 2019 at 07:58AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Khutbah Gerhana Matahari, Ini Pesan Rasulullah Saw saat Shalat Kusuf"
Post a Comment