
BEIJING, iNews.id - China kembali dibuat marah Amerika Serikat (AS). Setelah mengesahkan UU Hak Asasi Manusia (HAM) dan Demokrasi yang mendukung unjuk rasa prodemokrasi di Hong Kong, AS kembali menggolkan UU Kebijakan HAM Uighur 2019.
UU yang disahkan oleh Kongres pada Rabu (4/12/2019) itu mengamanatkan kepada Presiden AS untuk menjatuhkan sanksi kepada para pejabat China yang melakukan pelanggaran HAM berat terhadap muslim Uighur di Xinjiang.
Pemerintah China mengecam pengesahan UU dengan menyebutnya sebagai bentuk intervensi AS terhadap urusan dalam negerinya.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) China Hua Chunying pun menyinggung soal tragedi serangan 11 September 2001 atau 9/11 di AS.
"Serangan 11 September belum lama terjadi. AS seharusnya tidak melupakan rasa sakit ketika luka sudah sembuh," kata Hua.
Hua menambahkan, masalah Xinjiang sama sekali bukan tentang HAM, etnis, atau agama, tapi tentang perang melawan separatisme dan terorisme yang kejam.
Dia mengklaim, China menghadapi ribuan serangan teror dan aksi separatisme sejak 1990-an, terutama setelah 11 September di Xinjiang, menyebabkan jatuhnya banyak korban dan kerugian harta benda.
Dia menyebut dalam insiden "5 Juli" pada 2009 saja 197 orang tewas dan lebih dari 1.700 lainnya terluka.
"Atas dasar meminjam pengalaman kontra-terorisme internasional, China memulai pendidikan dan pelatihan di Xinjiang, yang merupakan langkah menjawab panggilan Rencana Aksi PBB untuk Mencegah Ekstremisme Kekerasan," kata Hua.
Lebih lanjut dia memaparkan, situasi keamanan meningkat secara signifikan sejak pemberlakuan kamp, tidak ada serangan teror tunggal selama 3 tahun terakhir.
"AS juga harus mengakui dan belajar dari langkah-langkah efektif China, bukan mendiskreditkan. Apakah mereka lupa, sejarah Amerika sepanjang 2 abad ternoda oleh darah dan air mata penduduk asli Indian, yang pada awalnya adalah penguasa benua," kata Hua.
Dia mengatakan mulai abad ke-19, tentara AS menduduki jutaan kilometer persegi tanah dan mengambil sumber daya alam tak terhitung jumlahnya dengan mengusir dan membantai penduduk pribumi Indian melalui ekspansi ke arah barat.
Namun pernyataan Hua mengenai kondisi di kamp-kamp Xinjiang bertolak belakang dengan laporan dari warga etnis Uighur yang pernah merasakan berada di tempat itu. Mereka dipaksa memakan daging babi dan tak boleh melaksanakan salat.
Teranyar, dokumen pemerintah China setebal 403 halaman soal muslim di Xinjiang bocor. Dalam laporan itu, seperti diungkap The New York Times, Presiden Xi Jinping memerintahkan para pejabat bertindak tanpa belas kasih terhadap separatisme dan ekstremisme.
Dokumen-dokumen itu termasuk pidato yang sebelumnya tidak dipublikasikan oleh Xi serta arahan dan laporan tentang pengawasan dan pengendalian populasi etnis Uighur.
Editor : Anton Suhartono
https://ift.tt/2LpSm0m
December 06, 2019 at 08:30AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "China Peringatkan AS untuk Belajar dari Tragedi Serangan 11 September soal Terorisme"
Post a Comment