Sandiaga Singgung Neraca Dagang Jebol, Jokowi Klaim Sudah Berkurang

JAKARTA, iNews.id - Cawapres nomor urut 02, Sandiaga Uno mengkritik neraca perdagangan Indonesia yang jebol. Pada tahun lalu, neraca perdangangan RI defisit sekitar 8 miliar dolar AS.

Terkait hal tersebut, Capres nomor urut 01, Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, pemerintah telah berupaya semaksimal mungkin menekan defisit neraca dagang. Hal ini terlihat dari berkurangnya defisit pada awal tahun ini.

"Coba dilihat defisit kita turun 0,67 miliar dolar AS. Artinya usaha kita mati-matian untuk menekan defisit neraca perdagangan ini bukan main-main," kata Jokowi di di Hotel Sultan, Jakarta, Sabtu (13/4/2019).

Untuk menekan defisit neraca dagang dalam jangka panjang, Jokowi mengaku akan fokus mendorong industri subtitusi impor. Hal ini dinilai perlu dilakukan mengingat masih tingginya ketergantungan Indonesia terhadap sejumlah komoditas seperti barang kimia dan migas.

"Kita telah mulai membangun refinery (kilang), jalan dengan pembangunan ini ke depan saya yakin bahwa defisit ini akan bisa kita hilangkan, memang kuncinya adalah membangun industri di dalam negeri," ujarnya.

Sandiaga menilai, memang terjadi penurunan pada awal tahun ini bila dibandingkan tahun lalu. Namun, menurut dia, penurunan tersebut terjadi lantaran impor yang turun lebih cepat dibanding ekspor.

Selain itu, Sandiaga juga mengkritik tingginya impor pada tahun lalu yang justru tidak menurunkan harga-harga barang dan jasa. Dia menyebut, masyarakat merasa harga-harga naik.

"Kalau kita mengalami defisit neraca perdagangan, kita buka pintu impor sebesar-besarnya, mestinya harga harga bahan pokok kita itu terjangkau, murah," ujar Sandiaga.

Sandiaga mengatakan, dirinya bersama Prabowo Subianto telah memiliki rencana untuk menekan impor dengan swasembada pangan. Rencana ini diyakini mampu menekan harga bahan pokok di pasaran.

Saya bersama Pak Prabowo memiliki strategi yang kita sebut sebagai strategi big push, dorongan besar, kita kembangkan swasembada pangan," ucap Sandi.

Editor : Rahmat Fiansyah

Let's block ads! (Why?)