SEOUL, iNews.id - Sebuah lembaga swadaya masyarakat dari Korea Selatan memetakan 318 lokasi di Korea Utara (Korut) yang digunakan aparat pemerintah untuk hukuman mati.
Lembaga bernama The Transitional Justice Working Group mewawancarai 610 pembelot Korut selama empat tahun yang hasilnya kemudian dituangkan ke sebuah laporan.
Laporan itu memuat eksekusi mati selama berpuluh tahun untuk berbagai kejahatan, dari mencuri sapi sampai menyaksikan siaran televisi Korea Selatan.
Eksekusi dilakukan di dekat sungai, lapangan, pasar, sekolah, dan lapangan olahraga, sebut LSM itu.
Setiap eksekusi dilaksanakan, kerumunan massa yang terdiri dari 1.000 orang atau lebih bakal menontonnya, kata LSM itu dalam laporan berjudul "Memetakan nasib mereka yang tewas" yang dirilis Selasa (11/6/2019).
Laporan tersebut menuding anggota keluarga korban eksekusi mati kadang kala dipaksa untuk menonton jalannya eksekusi. Beberapa di antara mereka bahkan masih anak-anak.
Jasad dan lokasi pemakaman mereka yang telah dieksekusi jarang diberikan kepada pihak keluarga.
Individu termuda yang menyaksikan eksekusi mati berusia tujuh tahun, menurut kesaksian yang dimuat laporan tersebut.
Kadang kala eksekusi berlangsung di dalam rumah tahanan, penjara, dan kamp kerja paksa—tempat anggota masyarakat yang diputus bersalah atas kejahatan politik dipaksa melakukan kerja fisik, seperti menambang dan menebang kayu.
Salah satu pembelot yang pernah ditahan di kamp kerja paksa pada awal 2000-an, menjelaskan bagaimana 80 tahanan dipaksa menyaksikan pembunuhan tiga perempuan yang dituduh mencoba kabur ke China.
Petugas Kementerian Keamanan, menurut pembelot itu, mengatakan kepada kerumunan orang yang menonton: "Ini bisa terjadi pada kamu."
"Eksekusi merupakan metode untuk membangkitkan ketakutan dan menggentarkan warga terlibat aktivitas yang dipandang tidak boleh dilakukan oleh rezim," isi laporan, seperti dikutip BBC, Rabu (12/6/2019).
Ditembak dan digantung
Sebagian besar eksekusi dilakukan dengan melibatkan sekelompok penembak, kata beberapa pembelot. Sering kali tiga penembak masing-masing melepaskan tiga peluru ke tubuh korban eksekusi.
Beberapa pembelot menyebut kejadian-kejadian ketika eksekutor tampak mabuk.
Salah seorang mengatakan, "Ini karena membunuh adalah hal yang sulit secara emosi".
Sejumlah insiden penggantungan juga dilaporkan, meski jumlahnya tidak banyak bahkan dikurangi atau dihentikan sejak 2005.
Ethan Shin, salah seorang penulis laporan tersebut, mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa kelihatannya jumlah eksekusi publik menurun.
Namun, Korut boleh jadi melakukannya diam-diam, "karena perlu pengakuan sebagai negara normal".
Pada masa lalu, beberapa pejabat tinggi Korut turut dieksekusi. Pada 2013, misalnya, paman Pemimpin Korut, Kim Jong Un, dieksekusi lantaran dianggap melakukan makar.
Di sisi lain, laporan pembunuhan amat sulit diverifikasi dan belakangan terbukti tidak benar.
Pada 2013, penyanyi Korut, Hyon Song-wol, disebut-sebut dieksekusi di tempat umum. Harian Korsel melaporan dia ditembak "dengan berondongan senapan mesin saat musisi orchestra melihat kejadiannya".
Namun, sosoknya belakangan muncul pada 2018 sebagai bagian dari delegasi Korut yang berkunjung ke Seoul menjelang Olimpiade Musim Dingin.
Editor : Nathania Riris Michico
http://bit.ly/2Ibf4bA
June 12, 2019 at 03:36PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Ratusan Lokasi Eksekusi Mati di Korea Utara: dari Pasar hingga Sekolah"
Post a Comment