Hampir dua minggu ini, Adnan, pedagang lumpia telur keliling, kehilangan banyak pelanggan. Jika biasanya hanya perlu mencari uang dengan nongkrong di sekitar sekolah, kini ia harus aktif mencari pembeli dari gang ke gang.
Wabah korona membuat Adnan harus lebih keras mencari nafkah meski ia sendiri takut tertular virus SARS-CoV-2 pemicu penyakit Covid-19 saat bekerja di luar.
Sejak Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menutup aktivitas belajar di sekolah, Adnan tidak lagi bisa menjual dagangan yang menghabiskan tiga kilogram telur. Saat ini, satu kilogram telur saja butuh waktu rata-rata 12 jam sehari untuk habis, padahal sebelumnya hanya 9 jam sehari.
”Jualan sekarang jauh lebih sulit daripada saat anak sekolah libur semester. Wabah ini membuat banyak orang enggak berani keluar rumah,” kata Adnan saat ditemui Kompas, Rabu (25/3/2020).
Meskipun baru berjalan 10 hari, kebijakan belajar di rumah sebagai bentuk pembatasan sosial untuk mencegah penularan Covid-19 membuat Adnan kesulitan memenuhi kebutuhan. Ayah dua anak yang tinggal terpisah dengan keluarga di kampungnya, Brebes, Jawa Tengah, ini pun harus berutang untuk membayar sewa kontrakan bulan ini.
”Kemarin saya pinjam uang Rp 250.000 ke teman satu kontrakan saya. Untung teman saya mau mengerti dengan kondisi saat ini. Kalau untuk makan, saya masih bisa irit-irit. Paling makan beneran pas pagi atau siang, malam makan roti saja cukup,” tuturnya.
Seretnya penghasilan juga membuat Adnan tidak bisa mengirim uang untuk istri dan anak-anak di kampung. Ia juga telah memikirkan rencana terburuk untuk tidak pulang kampung saat Lebaran.
Di sisi lain, ia cukup tenang setelah mengetahui pemerintah berencana menambah nilai bantuan sembako untuk keluarga penerima manfaat (KPM), seperti keluarga Adnan.
Direktur Jenderal Penanganan Fakir Miskin Kementerian Sosial Asep Sasa Purnama dalam keterangan tertulis, Selasa (24/3/2020), menyampaikan, KPM penerima bantuan pangan nontunai (BPNT) akan mendapatkan manfaat tambahan.
Pemerintah telah menyetujui kenaikan nilai BPNT dari Rp 150.000 menjadi Rp 200.000 per KPM per bulan. Kenaikan nilai bantuan ini diterapkan selama enam bulan dari Maret sampai Agustus 2020.
Baca juga : Pemerintah Berikan Bantuan Langsung Tunai bagi Warga Miskin Terdampak Covid-19
Bantuan langsung
Pedagang kecil lain seperi Jufri juga mengharapkan ada bantuan dari pemerintah atau masyarakat yang peduli. Pedagang pempek keliling itu saat ini juga mengeluhkan turunnya omzet penjualan hingga 50 persen, dari rata-rata Rp 250.000 sehari menjadi Rp 100.000-Rp 150.000 sehari.
Dampak wabah ini, menurut Jufri, cukup berat meskipun sang istri di rumah juga membuka usaha sebagai penjahit. Keluarganya pun tidak terdaftar sebagai KPM yang rutin menerima berbagai bantuan dari pemerintah.
”Jadi, mohon bantuannyalah dari siapa pun, baik pemerintah maupun orang-orang kaya. Kami berharap ada bantuan langsung untuk pedagang kecil yang terdampak,” katanya.
Pedagang sayur seperti Ati, yang juga tidak mendapat bantuan sosial dari pemerintah, mengharapkan adanya bantuan langsung. Pasalnya, dari hari ke hari, usaha yang dilakukan Ati dan suaminya yang berdagang pakaian di pasar saat ini semakin sulit.
”Mudah-mudahan kami dapat bantuan biar kami setidaknya ada kepastian untuk bayar kewajiban utang dan tagihan,” harapnya.
Untuk menjawab tantangan yang dihadapi keluarga seperti Jufri dan Ati, pemerintah sudah menyiapkan bantuan langsung tunai melalui mekanisme BPNT untuk 15,2 juta rumah tangga. Rencana yang tengah dipetakan itu, disampaikan Wakil Presiden Ma’ruf Amin, kemarin, akan diberikan selama tiga bulan, mulai April 2020.
Baca juga : Atasi Dampak Ekonomi Covid-19, Pemda Diminta Siapkan Bantuan Sosial
Galang dana
Untuk membantu ekonomi rakyat yang terdampak pembatasan sosial, pengusaha dan filantropis Dato Sri Tahir sudah bergerak menggalang dana. Melalui Mayapada Group dan Tahir Foundation, saat ini ia telah mengumpulkan bantuan gelombang pertama sekitar Rp 52 miliar.
Kepada Kompas, Rabu (25/3/2020), Tahir mengatakan, bantuan tersebut akan disalurkan sebesar Rp 22 miliar untuk DKI Jakarta dan sekitarnya, lalu masing-masing Rp 10 miliar untuk warga di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
”Sebanyak 70 persen bantuan disalurkan dalam bentuk tunai atau voucer belanja. Sisanya dalam bentuk alat-alat kesehatan dalam rangka melawan Covid-19, seperti masker, infrared thermometer, dan hand sanitizer, juga dalam bentuk makanan dan minuman,” katanya.
Menurut Tahir, bantuan seperti itu akan sangat dibutuhkan rakyat kecil terdampak, terutama umat Islam yang akan merayakan Idul Fitri, Mei mendatang. Untuk itu, ia akan menyalurkan bantuan tersebut kepada warga melalui berbagai tempat ibadah.
”Saya lebih concern imbas wabah pada ekonomi. Dengan adanya pembatasan sosial ini, pengemudi taksi, kedai-kedai, pedagang eceran kena lebih dulu. Pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah yang kena. Dampak ekonomi ini akan bergandengan dengan Lebaran,” katanya.
"Bantuan" - Google Berita
March 25, 2020 at 07:09PM
https://ift.tt/2Uh9jyT
Pendapatan Hilang, Pekerja Informal Tunggu Uluran Bantuan - kompas.id
"Bantuan" - Google Berita
https://ift.tt/36siyzP
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Pendapatan Hilang, Pekerja Informal Tunggu Uluran Bantuan - kompas.id"
Post a Comment