NEW YORK, iNews.id - Keluarga salah satu korban jatuhnya pesawat Malaysia Airlines MH17 asal Amerika Serikat (AS) menggugat dua bank Rusia dan perusahaan pengiriman uang AS.
Pesawat MH17 ditembak jatuh menggunakan rudal di wilayah yang dikuasi pemberontoak pro-Rusia di Ukraina pada 24 Juli 2014, menewaskan 298 penumpang dan kru. Saat itu pesawat dalam penerbangan dari Amsterdam menuju Kuala Lumpur.
Di antara korban tewas adalah Quinn Lucas Schansman, remaja 18 tahun asal AS yang sedianya akan bertemu orangtuanya untuk liburan keluarga.
"Kami sadar tak akan bisa mendapatkan kembali anak kami. Tapi kami berkomitmen untuk menjelaskan dan meminta pertanggungjawaban kepada semua yang berpartisipasi terkait kematiannya," kata ayah mendiang, Thomas Schansman, dalam pernyataan, seperti dikutip dari Reuters, Jumat (5/4/2019).
Menggunakan dasar UU Antiterorisme AS, keluarga Schansman menggugat bank Rusia, yakni Sberbank dan VTB Bank serta perusahaan pengiriman uang Western Union Co dan Western Union Financial Services serta MoneyGram International Inc dan MoneyGram Payment Systems Inc.
Perusahaan-perusahaan itu dianggap memberikan layanan jasa keuangan kepada organisasi Republik Rakyat Donetsk (DPR), pemberontak pro-Rusia yang dituding menembakkan rudal tersebut sehingga membuat MH17 jatuh.
"Pemberian dukungan materiil kepada DPR merupakan faktor penting yang membuat DPR mampu meluncurkan rudal dari wilayah yang dikuasainya, serangan yang menewaskan Quinn dan 297 korban tak bersalah lainnya," isi gugatan yang diajukan di Distrik Selatan, New York.
David Pressman, penasihat hukum Boies Schiller Flexner LLP, yang mewakili keluarga Schansman, mengatakan, DPR meminta bantuan dana secara terbuka ke seluruh dunia. Uang yang masuk itu ditransfer melalui perusahaan tergugat.
"DPR secara terbuka meminta dukungan finansial dari seluruh dunia untuk membantu membeli senjata, amunisi, dan peralatan lain. Uang mengalir melalui layanan transfer yang berbasis di AS serta bank-bank Rusia," kata pria yang pernah menjadi Duta Besar AS untuk PBB itu.
Sementara itu Western Union menolak bertanggung jawab dengan alasan tuduhan itu tak pantas.
"Meskipun kami tidak mengomentari perincian proses pengadilan, kami yakin klaim yang ditegaskan dalam tuduhan itu tidak pantas," demikian pernyataa Western Union.
Sementara itu VTB Bank mengaku belum menerima materi gugatan sehingga belum bisa memberikan pernyataan. Namun perusahaan membantah berperan dalam membiayai DPR.
"Kami ingin menegaskan bahwa VTB tidak pernah atau dengan cara apa pun terlibat dalam pendanaan Republik Rakyat Donetsk," kata VTB Bank.
MoneyGram dan Sberbank dari Rusia belum memberikan komentar.
Editor : Anton Suhartono
http://bit.ly/2K9uEHz
April 05, 2019 at 09:09PM
Bagikan Berita Ini
Saya sangat bersyukur kepada Ibu Fraanca Smith karena telah memberi saya
ReplyDeletepinjaman sebesar Rp900.000.000,00 saya telah berhutang selama
bertahun-tahun sehingga saya mencari pinjaman dengan sejarah kredit nol dan
saya telah ke banyak rumah keuangan untuk meminta bantuan namun semua
menolak saya karena rasio hutang saya yang tinggi dan sejarah kredit rendah
yang saya cari di internet dan tidak pernah menyerah saya membaca dan
belajar tentang Franca Smith di salah satu blog saya menghubungi franca
smith konsultan kredit via email:(francasmithloancompany@gmail.com) dengan
keyakinan bahwa pinjaman saya diberikan pada awal tahun ini tahun dan
harapan datang lagi, kemudian saya menyadari bahwa tidak semua perusahaan
pinjaman di blog benar-benar palsu karena semua hautang finansial saya
telah diselesaikan, sekarang saya memiliki nilai yang sangat besar dan
usaha bisnis yang patut ditiru, saya tidak dapat mempertahankan ini untuk
diri saya jadi saya harus memulai dengan membagikan kesaksian perubahan
hidup ini yang dapat Anda hubungi Ibu franca Smith via email:(
francasmithloancompany@gmail.com)